Setiap kaisar memiliki rombongan yang selalu melayaninya. Contohnya ketika Kaisar Hadrian melakukan perjalanan ke seluruh kekaisaran dia membawa 5.000 orang bersamanya. Itu termasuk keluarga, pejabat pengadilan, penjaga, budak, berbagai pelayan, dan sarjana.
Didewakan baik saat masih hidup atau sesudah meninggal
Kultus kaisar yang didewakan ini berkembang bahkan sebelum Augustus yang mendesak paman buyutnya Julius Caesar untuk didewakan. Di masa itu, penyembahan kaisar sebagai dewa jadi cara untuk menciptakan kepercayaan pemersatu di seluruh kekaisaran.
Biasanya kaisar disembah sebagai dewa setelah kematiannya. Menyembah orang yang masih hidup sebagai dewa dianggap tidak dapat diterima di beberapa provinsi Romawi.
“Namun beberapa kaisar tidak bisa menunggu sampai mati untuk menjadi dewa,” tambah Schuyler. Misalnya, Caligula melanggar kebiasaan dengan memproklamasikan keilahiannya.
Sejarawan Romawi Suetonius menulis, “Caligula memerintahkan semua patung dewa untuk dibawa dari Yunani. Supaya ia dapat melepas kepalanya dan menggantinya dengan kepala patungnya sendiri.”
Lalu ada Commodus, putra Kaisar Marcus Aurelius, yang menyatakan dirinya dilahirkan kembali sebagai Hercules.
Saling tidak percaya dalam keluarga
Seorang kaisar Romawi tidak menikmati kehidupan berkeluarga seperti orang normal lainnya
“Evil Roman Emperors” mengungkapkan pembunuhan keluarga oleh kaisar Caracalla. “Tampak jelas jika ia tidak terlalu mementingkan ikatan keluarga,” ujar Schuyler.
Caracalla berada dalam perebutan kekuasaan dengan rekan-kaisar dan saudara laki-lakinya Geta. Setelah beberapa percobaan pembunuhan, Geta tewas terbunuh saat berada di pelukan sang ibu.
Source | : | Grunge |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR