Nationalgeographic.co.id—Sebagaimana dikisahkan dalam Quran dan Alkitab, Musa dengan mukjizatnya membelah Laut Merah. Segenap pemeluk agama memercayai hal itu, tapi bagaimana dengan dunia ilmiah?
Bagi sebagian orang tentunya menganggap bahwa "eksodus laut" yang dilakukan Musa hanyalah kiasan saja.
"Orang yang tidak percaya menganggap mukjizat yang disebutkan dalam Alkitab sebagai mitos atau perumpamaan," tulis Andrei Tapalaga kepada History of Yesterday dalam artikel berjudul Scientists Found Evidence Confirming Moses Spliting the Red Sea terbit 16 Desember 2022.
"Namun, sebuah bukti telah menunjukkan bahwa setidaknya satu dari dugaan ketidakmungkinan itu—Laut Merah terbelah untuk memberi ruang bagi Musa dan orang Israel yang melarikan diri—mungkin saja terjadi," imbuhnya.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah disibukkan untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang bagaimana orang-orang Israel berhasil melarikan diri dari kejaran para pasukan berkuda Firaun.
Dalam membangun interpretasi itu, seorang ilmuwan bernama Cecil B. De Mille menggunakan keahlian efek khususnya sendiri.
Hematnya, eksodus itu dapat terjadi dimungkinkan karena adanya sejumlah pergerakan kombinasi angin dengan gelombang yang berbeda, hal itu dikuatkan oleh para peneliti dari National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan University of Colorado at Boulder (CU).
Para peneliti sekarang mengklaim telah menggunakan pemodelan komputer untuk merekonstruksi kemungkinan kombinasi angin dan gelombang dapat terjadi, sehingga mampu menciptakan lintasan di tengah laut.
Di bagian akhir dari riset mereka, eksodus Nabi Musa dan bangsa Israel diperagakan kembali di delta Nil.
Untuk memungkinkan orang Israel melintasi dataran berlumpur yang terbuka di tengah dasar laut, sebelum gelombang kembali masuk dan menelan kavaleri Firaun, para peneliti berteori bahwa angin timur yang kuat bertiup semalaman hingga menarik kembali air menuju laguna pantai di Mesir bagian utara.
Melalui hipotesisnya, mereka sampai pada kesimpulan bahwa angin secara konsisten berkecepatan 63 mph yang bertiup dari timur di atas danau, dimungkinkan telah menyapu air kembali ke pantai barat.
Hal itu membuat pembukaan dataran berlumpur layaknya membentuk lintasan darat. Tiupan angin yang keras secara konstan, membuat air laut tetap tinggi dan membelah, sehingga permukaan tanah di tengah laut menjadi kering selama empat jam.
Hipotesis tersebut telah dibuat ulang secara digital di sepanjang Laut Tengah dekat kota modern Port Said. Sejatinya, mukjizat yang digambarkan dalam Quran dan Alkitab adalah pengetahuan Musa tentang sains.
Baca Juga: Perjalanan Haji Mansa Musa: Manusia Paling Kaya Sepanjang Sejarah
Baca Juga: Apakah Bahtera Nabi Nuh yang Disebut Kitab Suci Bakal Ditemukan?
Baca Juga: Kota Benteng Khirbet Qeiyafa: Inikah Reruntuhan Istana Nabi Daud?
"Sesuatu yang sangat menarik terkait keajaiban ini adalah bahwa peradaban kuno memiliki banyak pengetahuan tentang sains," terus Andrei.
Terbelahnya laut adalah pengetahuan yang disimpan dengan baik sejak lama dan telah hilang di sepanjang jalan sejarahnya. Hanya segelintir orang yang dapat mengetahuinya, seperti halnya Nabi Musa dan pengikutnya.
Bagaimanapun, kekuatan Ilahiah adalah faktor terkuat yang mendasari keberhasilan Musa melarikan diri dari kejaran tentara Firaun.
"Karena banyak orang tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman dasar tentang sains, mereka menggambarkan peristiwa apa pun yang tampaknya tidak masuk akal bagi pengetahuan mereka sebagai keajaiban," pungkasnya.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR