Karena berani memberontak, lebih dari 150.000 warga sipil Persia ditangkap dan dieksekusi. Padahal, sebagian besar warga yang dieksekusi itu tidak ikut serta dalam pemberontakan.
Pembantaian massal selama perang Yahudi-Romawi Ketiga
Bukan rahasia lagi bahwa orang Yahudi dan Romawi tidak akur. Namun, efek merugikan dari ketidakcocokan itu sering dilupakan kini.
Perang Yahudi-Romawi Ketiga berpusat pada pemberontakan Yahudi di Yudea antara tahun 132-136 Masehi. Orang-orang Yahudi dipimpin oleh Simon Bar-Kokhba. Ia memproklamirkan dirinya sebagai Pangeran Yudea dan para pengikutnya percaya bahwa dia adalah seorang mesias.
Simon memanfaatkan ini untuk memberdayakan para pengikutnya. Pada awalnya, itu berhasil, dan orang-orang Yahudi bertempur dengan baik di awal perang. Bangsa Romawi menghadapi banyak kekalahan militer daripada biasanya. “Orang-orang Yahudi membantai setiap pasukan Romawi yang berhasil mereka tangkap,” Mitchell berujar.
Mendengar soal pembantaian tentaranya, Kaisar Hadrian mengirim bala bantuan yang kuat ke wilayah tersebut. Kedatangan mereka pada tahun 134 Masehi menjadi titik balik perang. Yang terjadi selanjutnya adalah pembantaian orang Yahudi oleh pasukan Romawi. Seluruh kota besar dan kecil terhapus dari muka planet ini.
Diperkirakan pada awal perang, sekitar 100.000 tentara Romawi menjadi korban. Tetapi beberapa sumber menyebutkan jumlahnya hampir dua kali lipat.
Orang-orang Yahudi pada akhirnya bernasib jauh lebih buruk. Diperkirakan sekitar 580.000 orang Yahudi terbunuh selama perang. Setidaknya 400.000 dari kematian ini terjadi selama pertempuran atau dari eksekusi sebagai tawanan perang. 180.000 sisanya adalah warga sipil tak berdosa.
Namun, ini bukanlah masalah menentukan siapa yang benar atau salah. Banyak warga sipil yang terbunuh tewas di tangan para pengikut Bar-Kokhba. Orang Yahudi yang menolak ambil bagian dalam pemberontakan disiksa dan dieksekusi. Warga sipil Yunani dan Romawi juga dianiaya dan dibantai oleh para pengikut Bar-Kokhba selama perang. Perang Yahudi-Romawi ketiga memakan korban dalam jumlah besar bagi kedua belah pihak.
Pembantaian Tesalonika, berawal dari sodomi yang menyebabkan pertumpahan darah
Ada kesalahpahaman umum bahwa orang Yunani dan Romawi kuno baik-baik saja dengan homoseksualitas. “Ini tidak akurat,” ungkap Mitchell. Ada aturan sosial yang ketat tentang sodomi dan konsekuensi yang mengerikan bagi mereka yang melanggarnya.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR