Pada tahun 390 Masehi, hakim Illyricum, sebuah wilayah termasuk Tesalonika, menangkap seorang selebritas lokal. Kejahatannya? Dugaan tindakan sodomi dengan pria berpangkat tinggi lainnya.
Itu jelas merupakan langkah politik dan publik marah. Mereka menuntut orang-orang itu dibebaskan. Hakim Butheric berpegang teguh pada aturan dan menolak. Masyarakat menanggapinya dengan protes.
Protes di Tesalonika berubah menjadi kerusuhan dan kerusuhan berubah menjadi anarki. Dalam kekacauan berikutnya, Butheric dan beberapa pejabat Romawi lainnya di kota dan daerah sekitarnya dibunuh oleh massa.
Berita itu dengan cepat sampai ke telinga Kaisar Romawi Theodosius I. Bangsa Romawi tidak dapat membiarkan kerusuhan apa pun, apalagi pembunuhan perwakilan pemerintah, dibiarkan begitu saja. Kaisar memerintahkan agar pasukan dikirim segera dengan perintah untuk menangani para pemberontak ini dengan keras.
Perintah aslinya adalah memperlakukan semua orang di dalam kota seolah-olah mereka bersalah. Tidak ada yang dapat menghindar. Setiap pria, wanita, dan anak-anak harus dieksekusi tanpa kecuali.
Namun akhirnya Theodosius menyadari jika ia mungkin sedikit berlebihan. Saat pasukannya mendekati kota, dia mengirim utusan untuk menghadang mereka. Perintah barunya adalah menangkap para pemimpin kelompok tetapi membiarkan warga sendirian. Sayangnya semua terlambat.
Pada saat utusannya memasuki kota, semuanya sia-sia. Pasukan telah masuk dan melaksanakan perintah awal mereka. Beberapa ribu orang tak berdosa telah dibantai atas nama kaisar Romawi.
Pejabat gereja sangat marah dengan pembantaian itu. Theodosius kemudian dilarang memasuki gereja mana pun sampai ia membuat perubahan pada hukum yang akan mencegah kejadian serupa terjadi lagi.
Theodosius menyetujui dan mengajukan undang-undang baru bahwa siapa pun yang dijatuhi hukuman mati diberikan 30 hari sebelum eksekusi mereka.
Sejarawan percaya sekitar 7.000 orang dibantai di Tesalonika.
Pembantaian Druid oleh pasukan Romawi di Britannia
Pada pertengahan abad pertama Masehi, orang Romawi menguasai Britannia. Namun sayangnya, invasi Romawi tidak semuanya berjalan sesuai rencana. Secara khusus, suku-suku Welsh telah membuktikan diri sebagai pengganggu Romawi yang sulit untuk ditangani.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR