Patroli Romawi dan karavan dagang terus-menerus diserang oleh gerombolan kecil. Bangsa Romawi tidak mampu menghadapi pemberontakan suku lokal apa pun. Pemimpin Romawi di Britannia, Suetonius Paulinus pun muak dengan taktik gerilya ini. Ia memutuskan untuk memberi pelajaran pada para pemberontak itu.
Suetonius mengirim pasukannya ke pulau Mona, yang sekarang disebut Anglesey. Pulau ini adalah rumah suci para Druid, serta beberapa suku Welsh. Druid adalah sebuah kasta pendeta Keltik. Saat itu, tentara Romawi memastikan jika Druid akan menjadi bagian dari sejarah.
Pria, wanita, dan anak-anak dibunuh oleh infanteri dan kavaleri Romawi. Mayat mereka dibuang di api unggun besar. Pembantaian dimulai dengan suku Welsh yang melindungi keluarga dan orang suci mereka. Meski sempat sukses sebagai gerilyawan, Welsh tidak bertahan lama dalam pertempuran terbuka melawan legiun Romawi yang sangat terlatih.
Baca Juga: Sadis, Kisah Pria Dikuliti Hidup-Hidup hingga Dijadikan Piala
Baca Juga: Selidik Jejak Vanila di Guci Sisa Pembantaian Yahudi oleh Babilonia
Baca Juga: 'Teror Merah', Pembantaian Brutal Jadi Pembuka Jalan Berdirinya Soviet
Setelah anggota suku ditangani, pasukan mengalihkan perhatian mereka ke Druid yang damai. Druid tidak melakukan perlawanan, namun orang Romawi adalah bangsa yang percaya takhayul. Mereka takut akan kepercayaan pagan Druid dan berpikir lebih baik membantai mereka, untuk berjaga-jaga.
Setelah semua Druid mati, orang Romawi menghancurkan jejak apa pun yang pernah ada. Sebuah garnisun dibangun di atas sisa-sisa untuk mencegah pemberontakan di masa depan dari penduduk setempat yang masih hidup.
Pembantaian yang brutal dan menakutkan itu menunjukkan kurangnya rasa kemanusiaan. Apapun itu alasannya, entah itu agama, politik, atau lainnya, manusia selalu mahir mencari alasan untuk saling membantai.
Sayangnya, manusia modern tidak berkaca pada kesadisan di masa kuno. Pembantaian dan perang pun terus dilakukan hingga kini.
Kita dapat mengutuk orang-orang kuno karena melakukan kekejaman. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kekejaman serupa saat ini.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR