Baca Juga: Partikel Halus Terkait dengan Serangan Asma pada Anak-anak Perkotaan
Baca Juga: Perubahan Iklim Bukan Satu-satunya Ancaman bagi Spesies yang Rentan
Baca Juga: Seperti Apa Kebijakan Dekarbonisasi untuk Menghadapi Krisis Iklim?
"Kami tidak mengerti persis apa yang mendorong variabilitas tahun-ke-tahun ini," kata Peuch. "Ini seperti cuaca. Satu tahun, stratosfer akan lebih dingin dari tahun berikutnya. Anda mengalami periode yang lebih panas dan lebih dingin, dan dengan itu, Anda memiliki pola variabilitas yang berbeda dalam ukuran lubang ozon. Ini masih dalam area penelitian."
Newman mengatakan, meski memperkirakan efek Hunga Tonga pada lubang ozon di atas Antartika tahun depan baru sekadar spekulasi, dia cukup yakin para ilmuwan akan melihat perbedaannya.
Yang perlu dikhawatirkan adalah perubahan iklim yang bisa berdampak pada lapisan ozon. Menurut pemantauan lingkungan Copernicus dari Eropa, lubang ozon dari tiga tahun terakhir sangat besar. Lubangnya tetap ada hingga Desember, padahal seharusnya bisa ditutup pada akhir November.
Peuch berpendapat, perilaku yang tidak biasa ini mungkin disebabkan fluktuasi ukuran dan kekuatan pusaran kutub. Perubahan penutupan ini bisa jadi disebabkan konsekuensi dari perubahan iklim, sehingga kondisi pusaran kutub jadi lebih dingin dari biasanya. Inilah yang membuat lubangnya jadi awet.
Source | : | Vox,space.com |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR