Nationalgeographic.co.id―Januari 2023, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan ancaman El Nino. Mereka memprediksikan El Nino akan membuat musim kemarau tahun ini sampai 2024 akan ekstrem. Panas di Indonesia akan terus terjadi karenanya, ditambah tren suhu tinggi yang terjadi di seluruh Asia Selatan dan Tenggara.
Para pengamat di BMKG mengamati La Nina (kebalikan dari El Nino) melemah sejak awal tahun ini, dan akan berganti dengan El Nino.
"Aliran massa udara dari wilayah Indonesia berbalik mengalir ke Samudra Pasifik," terang Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG seperti yang dikutip dalam laporan sebelumnya. "Jadi, Indonesia yang menjadi kering karena aliran massa udara ini propoagasi atau bergerak ke arah Samudra Pasifik. Jadi ini lawan dari La Nina (El Nino)."
El Nino adalah siklus yang terjadi di Samudra Pasifik dua hingga tujuh tahun sekali. Siklus ini akan menyebabkan suhu panas dan kekeringan di beberapa wilayah hingga 15 bulan lamanya.
Namun, pendapat lain muncul dari Erma Yulihastin, Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam akun Twitternya, Sabtu 29 April 2023. Dia mengamati anomali suhu di Samudra Pasifik yang justru menunjukkan "fitur La Nina Modoki, bukan El Nino," tulisnya.
Dia berpendapat, pembentukan El Nino kemungkinan bisa tertunda bahkan gagal terbentuk akibat dari anomali ini. "Apalagi dengan maraknya badai vorteks yang berpotensi terus tumbuh menjadi siklon tropis," terangnya.
Ketika badai vorteks dan menjadi siklon tropis marak, hujan kembali meningkat seperti yang hari ini terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Padahal, seharusnya sejak April sudah memasuki musim kemarau. Dari sini, Erma menyimpulkan bersama tim peneliti BRIN lainnya El Nino berpotensi melemah, jelasnya dikutip dari Tempo.co.
"Walau diprediksi El Nino lemah, namun pengamatan suhu terkini blum menunjukkan sinyal El Nino karena suhu laut di dekat Papua masih menghangat. Kelembapan pun masih tinggi di Indonesia." terang Erma pada 4 Mei 2023. "Kalau La Nina Modoki terus berlanjut, ya, dampaknya kemarau basah lagi. Kita pantau terus apdetannya".
Sebelumnya, El Nino menjadi bayang-bayang bagi keringnya musim kemarau di Indonesia dan hujan yang sangat lambat. BMKG menjelaskan bahwa intensitas La Nina memang masih terjadi hingga Maret 2023, lalu dilanjutkan dengan indeks netral El Nino hingga pertengahan tahun ini.
"Jadi Mei-Juli itu indeksnya bertahan netral," terang Dwikorita. "Maka hingga enam bulan ke depan (Juni-Juli), BMKG memprediksi sifat hujan bulanan di tahun 2023 ini akan relatif menurun. Curah hujan bulanan akan relatif menurun dibandingkan curah hujan 3 tahun terakhir."
Lantas apa yang membedakan La Nina biasa dan La Nina Modoki? La Nina adalah fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik tengah dan timur yang mengalami pendinginan di bawah kondisi nromal. Pendinginan ini bisa menyebabkan kurangnya pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah, tetapi meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
Source | : | National Geographic Indonesia,Twitter,Tempo.co |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR