Nationalgeographic.co.id - Kata Orient Express membangkitkan kenangan akan kemewahan sebuah kereta api jarak jauh yang legendaris. Salah satu kereta penumpang jarak jauh pertama, Orient Express menghubungkan Paris dengan Istanbul.
Dengan kereta para raja, penumpangnya dibawa ke pintu gerbang ke Asia, Timur yang misterius. Sejak dulu hingga kini, mengapa kereta api Orient Express sangat populer?
Visi Orient Express
“Kereta api Orient Express adalah gagasan dari insinyur Belgia Georges Nagelmackers,” tulis Vedran Bileta di laman The Collector. Pada tahun 1865, ia membayangkan kereta yang menjangkau benua, berjalan di atas lempeng logam tanpa henti sejauh lebih dari 2.400 km.
Nagelmackers mendapatkan ide tersebut selama perjalanannya ke Amerika, tempat dia menyaksikan banyak inovasi kereta api penumpang.
Sebagai putra seorang bankir, Nagelmackers memiliki sarana dan kemauan untuk mewujudkan rencananya. Jadi pada tahun 1883 Compagnie Internationale des Wagons-Lits dari Nagelmackers menetapkan rute dari Paris ke Konstantinopel.
Kereta yang menghubungkan Eropa dan Asia
Tidak butuh waktu lama bagi surat kabar untuk menjuluki jalur jarak jauh baru itu sebagai "Orient Express". Bahkan saat Istanbul masih berada di Eropa. Nagelmackers dengan senang hati menerima julukan yang eksotis itu.
Pada 4 Oktober 1883, Orient Express melakukan perjalanan pertamanya, membawa penumpang kaya dan jurnalis yang meliput perjalanan. Mereka yang berada di dalamnya mengagumi kemewahan dan keindahan kereta.
Nagelmackers dengan cerdik mengatur gerbong kereta yang jelek dan tua untuk ditempatkan di dekat kereta barunya yang mewah. Setelah keberangkatan dari Paris 'Gare de l'Est, penumpang seakan sedang menikmati hotel terbaik di atas roda. Mereka mengagumi panel kayu yang rumit, kursi mewah, seprai sutra, dan selimut wol.
Dengan segala kemewahan dan kenyamanan, perjalanan selama 80 jam dari Paris ke Konstantinopel adalah pengalaman yang seperti mimpi.
Namun tidak semua bisa menikmatinya. Pasalnya, harga untuk sekali perjalanan dengan kereta adalah seperempat dari pendapatan tahunan rata-rata orang Prancis pada tahun 1880-an.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR