“Everest rupanya keberatan dengan usulan Waugh agar puncak tertinggi di dunia dinamai untuk menghormatinya,” kata Klein.
Orang Tibet, yang melarang tim survey melintasi perbatasannya, menyebut gunung itu Chomolungma (Dewi Ibu Dunia). Sedangkan di Nepal, puncak tertinggi itu disebut Sagarmatha atau Dewi Langit.
Saat melakukan survei di Nepal, Waugh tidak tahu jika masyarakat Nepal menyebutnya sebagai Sagarmatha.
Baca Juga: Mau ke Gunung Everest? Pahami Kondisi Jalur Pendakian dan Hal Lainnya
Baca Juga: Ternyata Everest Bukanlah Gunung Tertinggi di Bumi! Ini Penjelasannya
Baca Juga: Mengungkap Misteri Satwa Liar di Everest, Gunung Tertinggi di Dunia
George Everest berargumen bahwa penduduk setempat akan kesulitan mengucapkan namanya jika menggunakan bahasa asing. Terlepas dari argumen itu, orang Nepal memutuskan pada tahun 1865 untuk tetap menjuluki puncak tertinggi di dunia sebagai Gunung Everest.
Kontroversi seputar industri pendakian di Gunung Everest
Seiring dengan berjalannya waktu, industri pendakian di Himalaya berkembang pesat dan menjadi kontroversial. Jumlah pendakian yang meningkat menyebabkan sampah menjadi salah satu masalah utama di puncak tertinggi itu.
Suku Sherpa dieksploitasi dan cara hidup tradisional pun akhirnya terpengaruh oleh para pendaki asing. Pemandu Sherpa dihadapkan pada beberapa tingkat kematian tertinggi di bidang pekerjaan apa pun, dengan gaji yang relatif kecil.
Yang paling mengganggu, banyak pendaki yang meninggal di sepanjang jalan menuju puncak Everest. Sebagian besar tidak dibawa turun sehingga pendaki harus sering melewatinya saat pendakian ke puncak.
Sir George Everest menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di India. Everest yang berusia 76 tahun meninggal pada tanggal 1 Desember 1866, setahun setelah gunung itu dinamai menurut namanya. Tidak diketahui apakah dia pernah melihat gunung yang memiliki nama yang sama dengannya.
Source | : | National Geographic,History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR