Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of California menemukan bahwa remaja yang memiliki masalah dalam penggunaan media sosial (medsos) terkait dengan alkohol. Mereka dikaitkan dengan keyakinan positif tentang alkohol.
Keyakinan tersebut memainkan peran penting dalam memprediksi penggunaan alkohol pada remaja. Mereka yang meyakini positif tentang alkohol cenderung mengembangkan gangguan penggunaan alkohol di kemudian hari.
Temuan tersebut telah diterbitkan di dalam jurnal BMC dengan judul "Problematic social media use and alcohol expectancies in early adolescents."
“Banyak remaja mengamati teman mereka berbagi gambar atau video alkohol di media sosial,” kata penulis utama Jason Nagata, MD, asisten profesor pediatri di University of California, San Francisco.
“Postingan ini sering menggambarkan aspek positif dari minum seperti bersosialisasi atau bersantai. Selain itu, remaja mungkin menemukan iklan di media sosial dari perusahaan alkohol yang menampilkan alkohol secara positif.”
Harapan alkohol didefinisikan sebagai keyakinan tentang efek alkohol. Harapan ini dapat memengaruhi pada usia berapa seseorang mulai minum dan jika mereka terus minum.
Harapan dapat dipelajari dari orang lain dengan mengamati konsekuensi dari perilaku mereka, baik secara langsung melalui interaksi sosial maupun secara tidak langsung melalui media sosial.
Karena penggunaan media sosial semakin lazim di kalangan remaja awal, penting untuk memahami perilaku apa yang memengaruhi keyakinan ini.
“Studi ini dilakukan sebagian besar sebelum pandemi, tetapi temuannya sangat relevan sekarang karena penggunaan media sosial remaja meningkat selama pandemi,” kata rekan penulis Kyle T. Ganson, asisten profesor di Toronto University, Fakultas Pekerjaan Sosial Factor-Inwentash.
Para peneliti sebelumnya menemukan bahwa waktu layar remaja dua kali lipat menjadi hampir delapan jam setiap hari pada awal pandemi.
Para peneliti menemukan bahwa penggunaan media sosial yang bermasalah, yang didefinisikan sebagai penggunaan yang mencakup unsur kecanduan seperti modifikasi suasana hati, toleransi, penarikan diri, konflik, dan kekambuhan, dikaitkan dengan ekspektasi alkohol positif dan negatif.
Dengan 97% unggahan media sosial menampilkan alkohol dalam konteks positif dan remaja melaporkan bahwa 60% teman sebayanya memposting konten alkohol di media sosial, perbandingan dan koneksi teman sebaya ini dapat menjelaskan persepsi positif tentang alkohol.
Sebaliknya, unggahan media sosial yang menggambarkan konsekuensi alkohol, seperti alkoholisme atau gangguan penggunaan alkohol, dapat menjelaskan persepsi negatif.
Studi tersebut meminta 9.008 remaja awal berusia 10-14 tahun untuk mengungkapkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan mereka terhadap serangkaian pernyataan tentang efek alkohol.
Skor kemudian dihitung dari tanggapan mereka, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan ekspektasi alkohol yang lebih tinggi. Skor ini dibandingkan dengan skor penggunaan media sosial yang bermasalah, yang diukur dengan cara yang sama melalui kuesioner.
Baca Juga: Pulque, Minuman Alkohol Mesoamerika Kuno Jadi Obat Penyakit Diabetes
Baca Juga: Alkohol Jadi Minuman Suci Wanita Hamil Bagi Orang Mesoamerika Kuno
Baca Juga: Konsumsi Alkohol Selama Kehamilan Dapat Mengubah Struktur Otak Bayi
Baca Juga: Kecenderungan Manusia Minum Minuman Keras Berasal dari Monyet
Para penulis mencatat bahwa penelitian di masa depan diperlukan untuk meneliti lebih lanjut hubungan dan mekanisme antara penggunaan media sosial yang bermasalah, ekspektasi alkohol, penggunaan alkohol, dan gangguan penggunaan alkohol.
“Apa yang remaja harapkan dari minum alkohol dapat berdampak ketika mereka mulai minum. Harapan ini mudah dimodifikasi, menjadikannya target yang baik untuk upaya pencegahan,” kata Nagata.
“Orang tua dapat membantu anak mereka mengembangkan kebiasaan sehat seputar media sosial dengan membuat rencana penggunaan media keluarga."
Mereka, menurutnya dapat mendorong diskusi rutin tentang aktivitas daring mereka dan mengajari mereka cara aman dan bertanggung jawab saat daring.
"Orang tua juga dapat memilih untuk memantau penggunaan media sosial anak-anak mereka untuk memastikan mereka terlibat dalam perilaku yang sesuai," katanya.
Source | : | University of California,Jurnal BMC |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR