Nationalgeographic.co.id—Menjulang dengan anggun setinggi 200 meter, Sigiriya adalah benteng kuno yang dibangun di atas batu raksasa. Sejak lama, misteri Sigiriya memukau jutaan wisatawan. Keajaiban yang terletak Distrik Matale (Sri Lanka) itu pun ditetapkan sebagai Situs Budaya Warisan Dunia Unesco. Dari benteng dan istana hingga taman hiburan, sejarah Sigiriya penuh dengan intrik yang menarik untuk diungkap.
Berarti “batu singa,” Sigiriya diakses melalui lorong-lorong yang berada di antara sepasang cakar singa yang monumental.
Benteng tersebut kemudian bak ditelan oleh hutan dan hanya diketahui oleh penduduk desa setempat. Orang luar menggunakan pengetahuan tentang masa lalunya, yang disimpan dalam teks Buddha, untuk mencari situs kuno tersebut. Sejarawan Inggris menemukan kembali bangunan dan lukisan dindingnya yang menakjubkan pada abad ke-19.
Benteng kuno berusia 5.000 tahun
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa daerah di sekitar Sigiriya telah dihuni sejak zaman prasejarah. Daerah itu memiliki tempat perlindungan batu yang berumur hampir 5.000 tahun. Selain itu, banyak tempat berlindung dari batu dan gua di sekitarnya digunakan oleh para biksu dan pertapa Buddha sejak abad ke-3 Sebelum Masehi.
Terlepas dari sejarahnya, Sigiriya mungkin paling dikenal karena diubah menjadi istana, benteng, dan taman hiburan. “Semua itu dibangun oleh Raja Kashyapa pada abad ke-5,” tulis Joanna Gillan di laman Ancient Origins.
Kebangkitan dan kejatuhan Raja Kashyapa
Raja Kashyapa adalah putra Dhatusena yang licik. Haus akan kekuasaan, Kashyapa terdorong untuk merekayasa pembunuhan ayahnya sendiri. Ia pun menggulingkan ahli warisnya yang sah, Moggallana.
Khawatir akan pembalasan dari saudara laki-lakinya yang pendendam, Kashyapa mundur ke batu karang Sigiriya yang menjulang tinggi. Di tempat itu, Kashyapa membangun benteng istana yang tampaknya tak tertembus.
Tetapi pemerintahannya berumur pendek. Pasalnya, pasukan Moggallana mengambil alih benteng dalam pertempuran yang membuat Kashyapa tewas. Setelah kematiannya, situs tersebut dikembalikan ke tangan damai para biksu Buddha. Sigiriya pun menjadi biara selama berabad-abad setelah peristiwa berdarah itu.
Teknik tingkat tinggi di Sigiriya
Teknik rekayasa dan konstruksi di Sigiriya begitu maju. Istana dan benteng kuno itu dibangun dengan sistem pengelolaan air yang sangat canggih. Sistem hidrolik permukaan dan bawah permukaan memasok air ke seluruh istana dan taman. Faktanya, beberapa dari struktur penahan air ini masih berfungsi sampai sekarang. “Itu menjadi bukti keterampilan teknik para pembangun yang canggih di masa lalu,” ungkap Gillan.
Source | : | National Geographic,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR