Sebelum penemuan ini, Wellington Reef di lepas pantai Pulau Darwin di ujung utara kepulauan dianggap sebagai salah satu dari beberapa terumbu karang dangkal struktural di Kepulauan Galápagos yang selamat dari peristiwa El Niño 1982-1983.
Penemuan baru yang dibuat selama penyelaman oleh para ilmuwan di HOV Alvin menunjukkan bahwa komunitas karang laut dalam yang terlindung kemungkinan telah bertahan selama berabad-abad di kedalaman GMR, mendukung komunitas laut yang kaya, beragam, dan berpotensi unik.
"Hal yang menarik tentang terumbu karang ini adalah bahwa mereka sangat tua dan pada dasarnya murni, tidak seperti yang ditemukan di banyak bagian lain lautan dunia,” kata Dr Stuart Banks, Peneliti Kelautan Senior di Charles Darwin Foundation, dan pengamat nasional dalam ekspedisi ini.
Banks mengungkapkan, “Hal ini memberi kita titik referensi untuk memahami pentingnya warisan keanekaragaman hayati laut, konektivitas dengan KKP regional, serta peran mereka dalam menyediakan barang dan jasa seperti siklus karbon dan perikanan."
"Temuan ini juga membantu kita merekonstruksi lingkungan laut masa lalu untuk memahami perubahan iklim modern," imbuhnya. "Perairan terbuka mencakup lebih dari 95% dari GMR yang diketahui, yang kurang dari 5% telah dieksplorasi melalui ekspedisi penelitian modern."
Kemudian Banks menambahkan, "Sangat mungkin ada lebih banyak struktur terumbu karang di berbagai kedalaman yang menunggu untuk dijelajahi. Kami akan terus maju dengan Galapagos Direktorat Taman Nasional dan mitra untuk membantu memastikan bahwa habitat yang baru ditemukan tersebut dimasukkan ke dalam proses perencanaan GMR dan Hermandad Marine Reserve serta diakui sebagai bagian dari nilai warisan dunia mereka yang besar."
Baca Juga: Studi: Keanekaragaman Terumbu Karang Berubah seiring Kedalaman Laut
Baca Juga: Apa yang Terjadi Pada Ekologi dan Biodiversitas Saat Kepunahan Massal?
Baca Juga: Siasat Indonesia untuk Target Global Konservasi Keanekaragaman Hayati
Baca Juga: Proyeksi Mengkhawatirkan Kondisi Terumbu Karang Dunia pada 2035
"Terumbu karang yang ditemukan adalah hal baru karena beberapa alasan. Di terumbu dangkal di mana ditemukan 10-20% dari tutupan karang akan dianggap sebagai terumbu yang relatif tidak sehat. Kerangka karang mati yang merupakan 80-90% sisanya masih menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati yang sangat besar, yang kurang bergantung pada bagian karang hidup,” kata Dr Michelle Taylor, salah satu pemimpin ekspedisi dan Ketua Deep Sea Society dari University of Essex.
“Namun, terumbu karang yang kami temukan dalam beberapa hari terakhir memiliki 50-60% karang hidup di banyak daerah, yang memang sangat langka. Terumbu itu murni dan penuh dengan kehidupan—gurita merah muda, batfish, lobster jongkok dan sederetan ikan laut dalam, hiu, dan pari. Terumbu karang yang baru ditemukan ini berpotensi penting secara global—burung kenari di tambang untuk terumbu karang lainnya secara global—lokasi yang dapat kami pantau dari waktu ke waktu untuk melihat betapa murninya habitat berkembang dengan krisis iklim kita saat ini," tambahnya.
Temuan ilmiah seperti ini membantu menginformasikan tindakan pengelolaan dan konservasi yang efektif. Penemuan ini juga terjadi pada saat negara-negara Pasifik Tropis Timur seperti Panama, Kosta Rika, Kolombia, dan Ekuador secara aktif berkolaborasi melalui inisiatif Koridor Laut regional (CMAR) untuk melindungi dan mengelola laut secara bertanggung jawab yang menjadi sandaran kita sebagai manusia.
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR