Survei dilakukan pada akhir abad ke-19 dan menjadi dasar dari semua penelitian sejak saat itu.
Bell dengan susah payah memastikan tata letak ibu kota Kashyapa serta merinci ukiran kaki singa yang luar biasa di pintu masuk. Kaki singa yang sebelumnya tidak ditemukan oleh Forbes.
Selain taman air yang rumit di kaki batu, survei Bell juga mencurahkan perhatian pada galeri di permukaan batu.
Galeri itu dihiasi dengan lukisan dinding yang sangat indah yang telah menjadi beberapa peninggalan paling berharga dalam warisan artistik Sri Lanka.
Sebanyak 21 lukisan dinding yang bertahan mungkin menggambarkan bidadari, penyanyi dan penari surgawi.
Sejarawan berpendapat tentang identitas wanita yang direpresentasikan di dinding tebing.
Kecantikan dan sensualitasnya membuat beberapa penulis percaya bahwa itu adalah penggambaran wanita dari harem Kashyapa. Teori lain meyakini bahwa mereka adalah penggambaran bidadari, penyanyi, dan penari dalam mitologi India yang menghuni surga.
Di dekatnya, juga di dinding permukaan batu, terdapat lebih dari 1.000 macam grafiti. Grafiti itu digores oleh para biarawan dan peziarah yang mengunjungi situs pada abad ke-8 hingga abad ke-13.
Baca Juga: Misteri Sigiriya, Benteng Kuno di Atas Batu Raksasa yang Memukau
Baca Juga: Kashyapa, Raja yang Membangun Istana Kuno di Batu Raksasa Sigiriya
Baca Juga: Lukisan Bidadari-bidadari di Dinding Benteng Kuno Sigiriya Srilangka
Baca Juga: Sarandib: Kesatuan Tiga Agama dan Kerinduan Cita Rasa Lidah Jawa
Pesan-pesan dari masa lalu ini dapat menimbulkan getaran saat dibaca oleh pengunjung hari ini.
Salah satunya berbunyi, “Di Sigiriya, dengan kemegahan yang melimpah, kami melihat batu karang yang memikat pikiran semua orang yang datang ke sini.”
Grafiti yang ditinggalkan oleh para pelancong abad pertengahan ke Sigiriya adalah tanggapan terhadap lukisan wanita cantik menari itu. Salah satu grafiti berbunyi, “Belaian angin sepoi-sepoi lembut menyentuh tubuh mereka, diterangi oleh cahaya sinar bulan.”
Benteng kuno Sigiriya sempat berada di puncak kejayaannya ketika menjadi istana selama beberapa saat. Setelah pendirinya tewas, Sigiriya pun perlahan dilupakan dan ditelan rerimbunan hutan.
Kini, popularitasnya benteng kuno Sigiriya pun kembali. Termasuk dalam situs warisan budaya dunia Unesco, para wisatawan berbondong-bondong datang untuk melihat sisa-sisa kemegahan benteng kuno dan istana Raja Kashyapa itu.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR