Lantas, seperti apa pakaian yang umumnya dikenakan oleh perempuan Aceh di masa lalu? Hari ini, kebanyakan orang di Aceh lebih menggunakan pakaian modern seperti kaus, kemeja, dan celana.
Di masa lalu, pakaian tradisional keseharian masyarakat Aceh serupa ranah Melayu lainnya, seperti baju kurung dan cekak musang.
Baju kurung merupakan perpaduan dari kebudayaan Melayu, Arab, dan Tiongkok. Bajunya longgar sehingga tidak memperlihatkan lekuk tubuh.
Di Aceh, bagian pinggang dalam baju kurung dililitkan songket. Semakin modern, pakaian tradisional ini mengalami modifikasi seperti penambahan motif dan warna yang mencolok khas Aceh.
Baca Juga: Tujuh Perempuan asal Inggris sampai Aceh Mengubah Sejarah Dunia
Baca Juga: Singkap Sejarah Kerja Sama Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman
Baca Juga: Pocut Meurah Intan, Perempuan Tangguh Aceh yang Diasingkan ke Blora
Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu
Selanjutnya, ada cekak musang. Banyak yang menyebutnya sebagai baju kurung cekak musang karena masih serupa. Cekak musang dipengaruhi oleh baju gamis yang dipakai oleh kebudayaan Timur Tengah, tetapi lebih pendek dan mengalami penyesuaian pada bagian panggul.
Cekak musang punya perbedaan dari baju kurung biasa, yakni terletak pada adanya belahan kancing. Penggunaannya juga lebih sering pada kegiatan resmi, seperti kalangan pemerintah atau bangsawan.
"Bapak punya foto lama tentang pejuang Aceh. Dari foto itu (wanita Aceh) memang tidak pakai jilbab. Dulu hanya ija sawak ditaruh di atas kepala. Perempuan Aceh pakai sanggul," kata Rusdi Sufi, sejarawan Universitas Syiah Kuala dikutip dari Detik.com.
Source | : | detik,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR