Tentu saja, bekerja dengan ular liar memiliki beberapa risiko. Tapi penduduk Cocullo telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan semua yang terlibat dari. Serpari mendapatkan pelatihan tentang cara menangani ular dengan hati-hati dan dengan hormat.
Selama prosesi berlangsung, otoritas setempat mengawasinya dengan ketat. Ini untuk memastikan bahwa prosesi tersebut dilakukan dengan aman dan bertanggung jawab.
Ular yang jatuh dari patung menjadi pertanda nasib buruk
Selama prosesi, ular diletakkan di atas patung San Domenico, tetapi tidak di depan wajahnya. Pentingnya penempatan ular tidak dapat diremehkan. Jika ular jatuh di depan wajahnya, itu dianggap pertanda buruk. Jika seekor ular jatuh, akumulasi keberuntungan dihentikan.
Adalah tanggung jawab umat Katolik di tengah kerumunan dan orang-orang yang membawanya untuk memastikan penempatan setiap ular dengan benar.
Pada hari prosesi, serpari berkumpul di kuil San Domenico Abate, di mana mereka menerima restu dari pastor setempat. Mereka kemudian memulai prosesi melalui kota dengan mengenakan pakaian tradisional. Ular di tangan atau dililitkan di leher mereka. Itu menciptakan tampilan yang penuh warna dan semarak. Penduduk Cocullo keluar untuk menonton prosesi dan mempersembahkan doa untuk memohon berkat.
Asal usul ritual musim semi ini diselimuti misteri. Beberapa sejarawan mengaitkannya dengan kultus Hercules, yang mencekik dua ular di buaiannya. Sedangkan yang lain ada yang mengaitkan tradisi aneh ini dengan kultus Dewi Angizia pelindung dari racun ular.
Tapi Lia Giancristofaro, seorang antropolog dari Università degli Studi Chieti e Pescara menolak teori ini.
“Ciaralli yang terkait dengan kultus San Domenico Abate adalah produk kekristenan,” jelasnya. Fenomena ini lahir pada Abad Pertengahan dan terkait dengan praktik penyembuhan atas nama Santo Paulus".
Legenda mengisahkan bahwa Santo Paulus selamat dari gigitan ular di Malta. Sekelompok pengikut terbentuk dan melakukan perjalanan dari kota ke kota melakukan pengusiran setan. Mereka juga menyembuhkan orang dengan perantaraan orang suci.
“Pada tanggal 1 Mei di Cocullo, kontak dengan ular yang tidak berbahaya jadi simbol pembebasan dari penderitaan. Karena terjadi di bawah perisai pelindung San Domenico Abate,” kata Giancristofaro. Mengatasi rasa takut alami menyentuh ular melambangkan menguasai rasa takut akan alam dan ketidakpastian hidup itu sendiri.
Bagi wisatawan, tradisi aneh ini tentu saja merupakan pengalaman unik dan tak terlupakan. Mereka mendapatkan pengetahuan sekilas soal kekayaan sejarah dan tradisi aneh daerah tersebut.
Selain arak-arakan serpari, hari raya San Domenico Abate juga diwarnai dengan berbagai kegiatan lain. Cocullo dipenuhi oleh para penjaja makanan, pemusik, dan penari yang menciptakan suasana meriah. Pengunjung dapat mencicipi makanan khas lokal seperti arrosticini, hidangan daging domba yang ditusuk yang merupakan makanan khas daerah tersebut.
Tradisi aneh serpari tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Cocullo di Italia. Bagi penduduk Cocullo, ini adalah cara untuk menghormati santo pelindung mereka dan merayakan iman serta pengabdian.
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR