Ia juga menegaskan bahwa para petani akan lebih sejahtera jika mereka berkonsentrasi pada bertani alih-alih bangkit melawan Kekaisaran Jepang.
Akhirnya, Hideyoshi berjanji untuk menggunakan logam dari pedang yang meleleh untuk membuat paku keling untuk patung Buddha Agung di Nara.
“Jadi, dengan memberikan senjatanya, petani secara tidak langsung ikut menyumbang,” tambah Szczepanski.
Nyatanya, Hideyoshi berusaha menciptakan dan menegakkan sistem kelas empat tingkat yang lebih ketat. Pada sistem kelas ini, setiap orang tahu tempat mereka dalam masyarakat dan bagaimana mempertahankannya.
Bagi sebagian masyarakat di Kekaisaran Jepang, dekrit ini agak munafik. Pasalnya, Hideyoshi sendiri berasal dari latar belakang prajurit-petani dan bukan samurai sejati.
Jadi aturan itu mungkin membuatnya bagai kacang yang lupa pada kulitnya.
Bagaimana Hideyoshi Menegakkan Dekrit tersebut?
Di domain yang dikontrol Hideyoshi, pejabat Hideyoshi sendiri berkeliling dari rumah ke rumah dan mencari dan menyita senjata.
Di wilayah lain, kampaku hanya memerintahkan daimyo terkait untuk menyita pedang dan senjata. Dan kemudian para perwiranya pergi ke ibu kota wilayah untuk mengumpulkan senjata.
Beberapa penguasa domain rajin mengumpulkan semua senjata dari rakyatnya, mungkin karena takut akan pemberontakan.
Yang lain sengaja tidak mematuhi keputusan tersebut. Misalnya, ada surat antara anggota Klan Shimazu dari domain Satsuma selatan.
Mereka setuju untuk mengirim 30.000 pedang sederhana ke Edo (Tokyo). Padahal, wilayah itu terkenal dengan pedang panjang yang dibawa oleh semua laki-laki dewasa.
Terlepas dari kenyataan bahwa Perburuan Pedang kurang efektif di beberapa daerah, efek utamanya adalah memperkuat sistem kelas empat tingkat. Pada sistem itu, samurai berada pada tingkatan paling atas.
Bagi Hideyoshi, perburuan pedang itu sukses besar. Bahkan jauh lebih sukses daripada dua kampanye militernya melawan Korea.
Satu distrik saja dikatakan telah menghasilkan 1.100 pedang panjang, 1.500 pedang pendek, 500 senjata dan 700 pisau.
Perburuan Pedang ini juga berperan dalam penghentian kekerasan setelah Sengoku. Pada akhirnya, dekrit ini mengarah ke perdamaian 2,5 abad yang menjadi ciri Keshogunan Tokugawa.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR