Seperti yang terjadi satelit SpaceX Starlink pada Februari 2022 setelah badai geomagnetik yang mengejutkan.
Operator satelit dapat menghindari masalah ini dengan memposisikan pesawat ruang angkasa mereka di orbit yang lebih tinggi bila diperlukan.
Akan tetapi cuaca luar angkasa yang tidak dapat diprediksi, menurut mereka, membuat sulit untuk mengetahui kapan manuver ini diperlukan hingga sering terlambat.
Solar maximum juga bisa tiba lebih cepat dari yang diperkirakan. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa puncak aktivitas matahari dapat tiba paling cepat akhir 2023.
Badai Matahari dapat menjadi lebih kuat dari perkiraan semula. Jika skenario ini berjalan, maka risiko bencana satelit semakin meningkat.
Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Astronomy and Space Sciences. Jurnal tersebut berjudul "Deciphering solar magnetic activity: The (solar) hale cycle terminator of 2021."
Namun, dalam rentang waktu yang lebih lama, suhu di termosfer menurun, karena kelebihan CO2 di termosfer akibat perubahan iklim meningkatkan emisi inframerah ke luar angkasa.
Source | : | Live Science,Frontiers in Astronomy and Space Sciences |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR