Samurai muda di Kekaisaran Jepang juga diajari mengenai kontrol emosi yang ketat dan daya tahan terhadap rasa sakit fisik. Kombinasi keduanya menghasilkan samurai yang gigih di medan pertempuran.
Sepanjang era yang berbeda, prajurit samurai dilatih memanah, tombak, taktik militer, seni bela diri, senjata, dan, tentu saja, pedang.
Prajurit Lakota Sioux juga dilatih sejak kecil. Mereka juga disuguhi dengan beragam kisah kepahlawanan.
Prajurit Sioux belajar soal kemurahan hati, kesetiaan, keberanian, dan penguasaan diri. Semua pria di kamp berpartisipasi dalam membimbing para pemuda dalam etos prajurit.
Gulat, lari, dan berburu menjadi bagian dari pendidikan anak laki-laki. Seorang anak laki-laki menjalani serangkaian ritual untuk menjadikannya seorang pria dan pejuang.
Setelah bergabung dengan barak tentara pada usia 7 tahun, anak laki-laki Sparta menjalani pendidikan militeristik yang dikenal sebagai agoge. Pelatihan melibatkan atletik, berburu, dan dasar-dasar membaca dan menulis.
Pada usia 12 tahun, mereka diajarkan mengenai cara untuk bertahan hidup. Para remaja Sparta secara ritual dicambuk untuk mengajarkan ketahanan terhadap rasa sakit.
Setelah memulai pelatihan militer resmi mereka pada usia 20 tahun, prajurit Sparta belajar menggunakan tombak dory dan perisai serta pedang cadangan. Disiplin dan pelatihan militer mereka sangat intens. Karena itu, Sparta terkenal sebagai prajurit tangguh dengan salah satu pasukan tercanggih di dunia kuno.
Mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya
Masyarakat Sparta berputar di sekitar pertahanan militer rakyat. Anak laki-laki bergabung dengan barak tentara pada usia 7 tahun dan tidak meninggalkan tugas aktif sampai usia 60 tahun.
Laki-laki diharuskan tinggal di barak komunal sampai usia 30 tahun, tidak peduli apakah dia sudah menikah atau belum. Wanita juga berpartisipasi dalam aspek etos prajurit ini. Peran tertinggi mereka adalah melahirkan anak laki-laki untuk menjadi prajurit.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR