Perubahan drastis di Kekaisaran Jepang
Ketika Hasekura Tsunenaga kembali dari petualangan, dia menghadapi Jepang yang telah berubah. Selama kepergiannya, Klan Tokugawa yang berkuasa di Kekaisaran Jepang menentang keras kehadiran para misionaris Katolik.
Tokugawa Hidetada takut bahwa para misionaris akan menarik orang Jepang menjauh dari nilai-nilai lokal. Ia takut kepercayaan baru itu akan membawa masyarakat pada pemberontakan. Satu-satunya cara untuk memperkuat otoritasnya adalah dengan mengusir orang Eropa dan menghapuskan Jepang dari ajaran Katolik. Termasuk para penganutnya.
Kisah Hasekura setelah dia kembali ke Jepang tidak diketahui. Raja Spanyol tidak menerima tawaran perdagangannya. Dia meninggal pada tahun 1622 karena sebab alami. Setelah 1640, keluarganya dicurigai. Putra Hasekura, Tsuneyori, termasuk di antara mereka yang dieksekusi karena menyembunyikan orang Katolik di rumahnya.
Setelah Pemberontakan Shimabara tahun 1638 yang dimotori orang Katolik gagal. Shogun pun mengusir orang Eropa dari wilayah Kekaisaran Jepang.
Jepang pun mengisolasi dirinya dari seluruh dunia. Setelah itu, menjadi seorang Katolik di sana dapat diganjar dengan hukuman mati.
Para panganut agama Katolik harus menyembunyikan keyakinannya selama 200 tahun ke depan.
Hasekura Tsunenaga: duta besar yang gagal?
Hasekura Tsunenaga adalah sosok yang memesona. Dia adalah seorang samurai yang sangat penting yang mempertahankan iman Katolik.
Hasekura bertemu dengan tokoh-tokoh penting di Eropa — Raja Spanyol dan Paus Paulus V. Dia adalah bagian dari Gereja Katolik yang semakin mengglobal. Meski begitu, kesepakatan perdagangan yang diinginkan Jepang tidak pernah tercapai.
Sebaliknya, hubungan Eropa dan Jepang pun makin menjauh. Di tempat asalnya, upaya Hasekura sebagian besar dilupakan hingga era modern.
Beberapa orang mungkin tergoda untuk melabeli Hasekura sebagai duta besar yang gagal. Lagi pula, dia kembali ke Jepang tanpa keuntungan besar.
Sebaliknya, selama periode 7 tahun, dia mencapai banyak prestasi yang hanya bisa dibanggakan oleh beberapa orang sezamannya di dunia.
Setelah kembali, dia tampaknya tetap berpegang pada keyakinan barunya. Bagi Hasekura Tsunenaga, keyakinan spiritual seperti itu pasti memiliki arti. Perjalanan global yang ia lakukan tidak semuanya sia-sia.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR