Kita semua barangkali sudah tahu dan paham betul pentingnya ketenangan. Dengan berpikir dan bersikap tenang, Anda bisa berpikir jernih, Anda tidak membuat keputusan yang terburu-buru, dan Anda tidak takut.
Namun, bagaimana caranya supaya Anda bisa mendapatkan ketenangan dan tetap tenang? Ketenangan di era yang penuh dengan berita daring 24 jam dan umpan balik konten media sosial yang riuh?
Para samurai Kekaisaran Jepang ternyata punya jawabannya. Dan mereka sejalan dengan sains.
Samurai Kekaisaran Jepang tak hanya banyak berlatih seni bela diri. Mereka juga banyak berpikir tentang kematian.
Sungguh, mereka banyak berpikir tentang kematian. Dalam Code of the Samurai: A Contemporary Translation of the Bushido Shoshins tertulis, "Seseorang yang seharusnya menjadi seorang pejuang menganggap perhatian utamanya untuk mengingat kematian setiap saat, setiap hari dan setiap malam, dari pagi Hari Tahun Baru hingga malam Tahun Baru."
Pada prinsipinya, semua manusia akan mati. Dan secara khusus, kata kematian memang cukup banyak dalam deskripsi pekerjaan samurai Kekaisaran Jepang.
Mengingat mati ini penting. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa berlatih sangat keras dan membayangkan hal terburuk yang bisa terjadi adalah dua teknik ampuh untuk meningkatkan ketenangan.
Samurai berlatih tanpa henti. Mereka sangat percaya bahwa Anda harus selalu "bersiap".
Penelitian menunjukkan bahwa persiapan mengurangi rasa takut karena ketika keadaan menjadi tegang, Anda tidak perlu berpikir.
Siapa yang selamat dari skenario terburuk macam risiko kematian dalam kondisi seperti pertempuran samurai? Orang-orang yang telah mempersiapkannya.
Dalam buku You Are Not So Smart, David McRaney pernah menulis, "Menurut Johnson dan Leach, jenis orang yang selamat adalah jenis orang yang bersiap menghadapi yang terburuk dan berlatih jauh-jauh hari."
Menurut Barke, benar-benar memikirkan betapa buruknya hal-hal itu sering kali memiliki efek ironis yang membuat Anda sadar bahwa itu tidak seburuk itu.
Source | : | Time |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR