Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah dunia kuno, pembunuhan digunakan untuk melenyapkan saingan. Meski ribuan tahun telah berlalu, pengkhianatan dan pembunuhan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah manusia.
Di dunia kuno, di mana kekuatan politik sering dimenangkan dan dikalahkan di medan perang, pembunuhan adalah hal yang biasa.
Berikut beberapa pengkhiatanan dan pembunuhan yang terkenal dalam sejarah dunia kuno.
Julius Caesar, ambisi yang membuatnya dibunuh oleh musuhnya
Julius Caesar, negarawan Romawi dan jenderal militer lahir pada 100 Sebelum Masehi. Ia dikhianati dan dibunuh pada 15 Maret 44 Sebelum Masehi.
Kekuatan dan popularitasnya yang semakin meningkat di antara orang-orang Romawi. Hal itu juga dikombinasikan dengan ambisinya yang tak tertandingi.
“Alhasil, kombinasi keduanya membuatnya menjadi orang yang tepat untuk disingkirkan,” tulis Robbie Mitchell.
Caesar secara terang-terangan mengecewakan sebagian besar kelas senator. Mereka pun memandangnya sebagai ancaman bagi stabilitas Romawi. Para senator ingin Caesar menyingkir.
Hal itu mengakibatkan sekelompok senator, dipimpin oleh Marcus Junius Brutus dan Gaius Cassius Longinus, bersekongkol untuk membunuh Caesar.
Pembunuhannya itu merupakan upaya mengembalikan Republik ke kejayaannya. Diperkirakan hingga 60 senator bergabung dalam konspirasi tersebut.
Pada Ides of March, Caesar dijadwalkan menghadiri rapat Senat di Teater Pompey. Saat dia masuk, dia didekati oleh beberapa konspirator yang berpura-pura mengajukan petisi kepadanya.
Saat mereka berkerumun di sekitar Caesar, mereka tiba-tiba menghunus belati dan mulai menikamnya. Yang pertama menyerang adalah senator Casca, saudara senator yang diasingkan.
Ketika Caesar menghindari serangan pertama Casca, senator lainnya langsung beraksi, menikam Caesar lebih dari 23 kali. Suetonius, seorang dokter Romawi, belakangan mencatat bahwa hanya satu luka yang benar-benar mematikan.
Kematian Caesar menjerumuskan Romawi ke dalam periode kekacauan politik dan perang saudara.
Pasalnya, faksi yang mendukungnya dan yang menentangnya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan.
Pembunuhan Julius Caesar merupakan salah satu pembunuhan yang paling terkenal dalam sejarah dunia kuno. Bahkan, Ides of March kerap dikaitkan dengan peristiwa pembunuhannya.
Darius III, dikhianati oleh jenderalnya
Darius III adalah raja terakhir Kekaisaran Achaemenid Persia. Pemerintahannya ditandai dengan peperangan dan konflik dengan negara-negara tetangga.
Pada tahun 330 Sebelum Masehi, Darius III menghadapi musuh yang tangguh. Ia adalah Aleksander Agung yang telah menaklukkan sebagian besar Kekaisaran Persia.
Kedua pasukan bertemu di Pertempuran Gaugamela. Pada pertempuran itu, pasukan Aleksander yang lebih kecil muncul sebagai pemenang berkat taktik dan kavaleri yang unggul.
Darius III melarikan diri dari medan perang dan kemudian ditangkap oleh salah satu jenderalnya sendiri, Bessus. Rupanya sang jenderal memiliki ambisi untuk memerintah Kekaisaran Persia sendiri.
Bassus, dibantu oleh Nabarzanes (yang bertanggung jawab atas penjaga istana) menyarankan agar Darius menyerahkan kendali pasukannya kepada Bassus.
Mereka berjanji bahwa setelah Aleksander dikalahkan, mereka akan mengembalikan kekuasaan kepadanya. Darius menolak rencana itu.
Khawatir pasukan Persia akan hancur di bawah Darius, kedua komplotan itu beralih ke rencana lain. Mereka mengikat Darius dan melemparkannya ke belakang gerobak sapi.
Keduanya kemudian memerintahkan pasukan Persia untuk melanjutkan pertarungan mereka.
Saat Aleksander dan orang-orangnya tiba, Barrus menikam Darius dengan tombaknya dan melarikan diri. Sang raja malang ditinggalkan untuk tewas di medan perang.
Philip II dari Makedonia yang dibunuh di pernikahan putrinya
Pernikahan dimaksudkan sebagai hari perayaan, tetapi tidak demikian bagi Phillip II dari Makedonia. Ayah dari Alexander Agung itu dibunuh di pernikahan putrinya oleh salah satu pengawalnya.
Peristiwa itu terjadi pada Oktober 336 Sebelum Masehi. Saat itu Philip menghadiri pernikahan putrinya di Aegae, ibu kota kerajaannya.
Saat memasuki teater kota tanpa perlindungan, ia tiba-tiba diserang oleh Pausanias dari Orestis, salah satu pengawalnya.
Raja telah memilih untuk tidak terlindungi agar mudah terlihat dan didekati oleh para tamu.
Pausanias menikam tulang rusuk raja yang tak berdaya itu. Tikamannya itu segera menewaskan sang Raja. Pembunuh itu kemudian mencoba melarikan diri tetapi dikejar oleh tiga pengawal raja lainnya.
Selama pengejaran, kudanya jatuh di atas tanaman merambat dan Pausanias jatuh ke tanah. Pengawal lainnya memastikan dia tidak pernah bangun dan hidup lama.
Hal yang paling membingungkan tentang pembunuhan Philip II adalah tidak ada yang yakin mengapa dia dibunuh.
Beberapa sejarawan kuno berpikir bahwa mungkin Pausanias tersinggung oleh raja dan membalas dendam.
Apa pun kebenarannya, pembunuhan Filipus II adalah peristiwa besar dalam sejarah Makedonia kuno. Hal itu menyebabkan periode ketidakstabilan dan konflik yang akhirnya diselesaikan dengan kebangkitan Aleksander Agung.
Aleksander menaklukkan banyak wilayah dan menjadi salah satu pemimpin militer paling terkenal dalam sejarah dunia kuno.
Caligula, sifat kejam yang membahayakan nyawa
Caligula adalah Kaisar Romawi ketiga, memerintah dari tahun 37 hingga 41 Masehi. Aturannya terkenal karena perilakunya yang tidak menentu, kekejaman, dan pemborosan.
Dia sering disebut sebagai penguasa paling gila di Romawi karena suatu alasan. Melihat perilakunya, maka tidak heran jika ia dibunuh.
Awalnya, dia mendapat dukungan dari rakyat Romawi. Caligula dipandang sebagai angin segar setelah pemerintahan pendahulunya yang gelap dan represif, Tiberius.
“Namun hal itu tidak berlangsung lama,” tambah Mitchell.
Tak lama setelah pemerintahannya, Caligula menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan mental seperti paranoia, delusi keagungan, dan sadisme.
Caligula memerintahkan eksekusi banyak warga negara Romawi yang terkenal, termasuk senator dan keluarganya sendiri.
Selain itu, ia menikmati terlibat dalam berbagai tindakan penghinaan publik yang aneh dan kejam.
Pada tahun 40 Masehi, Caligula mengumumkan bahwa dia pindah ke Aleksandria di Mesir. Di Mesir, dia berencana untuk disembah sebagai dewa.
Jika hal itu terjadi, maka Romawi pun akan kehilangan seorang pemimpin. Senator pun mencari akal. Garda Praetoria yang seharusnya bertugas melindungi kaisar pun segera beraksi.
Dipimpin oleh Cassius Chaerea, Garda Praetoria membunuh Caligula pada tahun 41 Masehi di istananya.
Setelah kematian Caligula, senat memproklamirkan pamannya, Claudius, sebagai kaisar baru.
Claudius kemudian memerintah Romawi selama lebih dari satu dekade. Selama ia memimpin, Kekaisaran Romawi relatif stabil dan aman.
Artaxerxes III yang dibunuh oleh kasim
Artaxerxes III menjabat sebagai raja Kekaisaran Achaemenid Persia dari 358 Sebelum Masehi sampai 338 Sebelum Masehi.
Dia mendapatkan takhta setelah menggulingkan saudaranya sendiri. Sang Raja dikenal sebagai pemimpin militer yang sukses yang memimpin penyerbuan melawan musuh asing seperti Mesir dan Yunani.
Terlepas dari kesuksesannya, pemerintahannya juga ditandai dengan gejolak dan intrik politik, terutama di tahun-tahun terakhirnya. Salah satu penasihat terdekatnya adalah seorang kasim bernama Bagoas.
Bagoas naik ke posisi yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar di istana Persia.
Posisi itu diperoleh melalui manuver politik yang hati-hati selama bertahun-tahun. Dia telah melayani di bawah beberapa raja dan dikenal karena kelicikan dan ambisinya.
Menurut beberapa catatan, Bagoas menjadi tidak puas dengan aturan Artaxerxes III dan berusaha untuk menggantikannya.
Diyakini dia telah meracuni makanan raja dari waktu ke waktu, membuatnya jatuh sakit dan akhirnya mati.
Setelah kematian raja, Bagoas berusaha untuk menempatkan kandidatnya sendiri di atas takhta.
Ia pun membunuh sebagian besar putra Artaxerxes untuk mencegah mereka mengeklaim takhta.
Pembunuhan Artaxerxes III oleh Bagoas adalah salah satu insiden intrik politik yang terkenal dalam sejarah dunia kuno.
Hal ini menunjukkan tingkat kekuatan dan pengaruh yang dapat dimiliki oleh para kasim di istana Persia. Juga sejauh mana beberapa pejabat istana akan berusaha mencapai tujuan politik mereka sendiri.
Pompeius yang Agung dikhianati oleh Mesir
Pompeius adalah seorang jenderal dan negarawan Romawi terkemuka selama akhir era Republik Romawi. Dia adalah anggota Triumvirat Pertama, bersama dengan Julius Caesar dan Marcus Licinius Crassus.
Aliansi mereka akhirnya bubar dan menyebabkan perang saudara antara Pompeius dan Caesar.
Pada tahun 48 Sebelum Masehi, Pompeius dikalahkan oleh Caesar dalam Pertempuran Pharsalus. Ia pun melarikan diri ke Mesir mencari perlindungan.
Pompeius mendekati penguasa Mesir, Ptolemaois, untuk meminta bantuan. Raja menanggapi dengan mengirimkan sebuah kapal kecil untuk menemui Pompeius, berpura-pura berencana untuk menemui sang jenderal dengan hormat.
Nyatanya, Ptolemaois berencana membunuh Pompeius dan berharap bisa memenangkan hati Caesar.
Pompeius dibunuh pada 28 September 48 Sebelum Masehi, saat dia turun dari kapalnya. Dia dipenggal oleh salah satu prajurit Ptolemeus, dan kepalanya dipersembahkan kepada Kaisar sebagai hadiah.
Caesar dilaporkan terkejut dengan perlakuan Pompeius. Meski Pompeius merupakan pesaing politiknya, Caesar menangisi kematiannya yang tragis.
Pembunuhan Pompeius menandai akhir era politik Romawi dan awal dominasi Caesar atas Republik Romawi.
Commodus, bergulat sampai mati
Konon, Commodus adalah salah satu kaisar Romawi yang paling dibenci dalam sejarah dunia kuno.
Commodus memerintah Kekaisaran Romawi dari tahun 180 hingga 192 Masehi. Pemerintahannya terkenal karena kekejaman, pemborosan, dan megalomania.
Commodus memandang dirinya sebagai dewa sejati di antara manusia. Dia memiliki patung yang tak terhitung jumlahnya didirikan di sekitar kekaisaran yang menggambarkan dia sebagai Hercules.
Ia juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berpartisipasi dalam pertarungan gladiator. Sudah bisa ditebak jika sang Kaisar selalu memenangkan setiap pertarungan.
Kegilaannya menyebabkan Commodus memiliki hubungan antagonis dengan senat. Mereka jenuh dengan megalomania-nya dan berharap Commodus menghabiskan lebih sedikit waktu bermain sebagai gladiator.
Kekesalan mereka mencapai titik puncaknya ketika pada tahun 191 Masehi Roma dihancurkan oleh kebakaran. Api itu terus berkobar selama beberapa hari.
“Banyak bangunan umum rusak dan kota membutuhkan perbaikan besar,” ungkap Mitchell.
Commodus mengambil kesempatan ini untuk menyatakan dirinya sebagai Romulus baru (pendiri mitos Roma).
Ia pun secara ritual mendirikan kota baru. Sang Kaisar mengganti nama kota dengan namanya sendiri, Colonia Lucia Annia Commodiana. Tidak hanya itu, ia juga mengubah nama 12 bulan dalam setahun.
Pada November 192 Masehi, Commodus mengadakan Plebeian Games. Dalam permainan itu, dia menembak ratusan hewan di pagi hari dan bertarung sebagai gladiator di sore hari.
Selama pertandingan inilah penasihat terdekatnya memutuskan cukup sudah dan memutuskan untuk membunuhnya.
Selirnya mengikuti rencana tersebut, setelah mengetahui bahwa Commodus berencana mengeksekusinya setelah pertandingan.
Dia meracuni makanannya tetapi Commodus memuntahkan racunnya. Para konspirator kemudian mendekati rekan gulat Commodus, Narcissus.
Mereka menugaskannya untuk mencekik Commodus di bak mandi. Dia pun dengan mudah menurut.
Upaya kedua ini berhasil. Senat secara anumerta menyatakan Commodus sebagai musuh Kekaisaran Romawi. Nama Roma pun kembali dan semua patung Commodus dihancurkan.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR