Menurut sebuah studi tahun 2008 di jurnal Biology Letters, memori menjadi sangat penting selama musim kemarau. Jurnal itu dipublikasikan dengan judul "Severe drought and calf survival in elephants."
Ilmuwan mengamati bahwa kawanan gajah dengan induk pemimpin yang lebih tua, yang telah hidup melalui kekeringan sebelumnya, berhasil menggiring kawanan mereka ke air.
Gajah itu mungkin mengingat bagaimana kawanan tersebut selamat dari kekeringan sebelumnya.
Sementara itu, kawanan lainnya yang dipimpin oleh seorang induk pemimpin muda justru mengalami kesulitan. Gajah muda ini tidak dapat mengingat bagaimana generasi sebelumnya menangani kekeringan terakhir.
Akibatnya, kawanannya tetap tinggal dan tidak melakukan perjalanan untuk mencari sumber air.
Kawanan gajah ini kemudian diketahui memiliki tingkat kematian 63% tahun. Padahal tingkat kematian normal selama musim kemarau hanya 2%.
"Oleh karena itu pentingnya matriark yang lebih tua sebagai gudang pengetahuan yang penting," kata O'Connell, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
"Dan itulah mengapa ingatan jangka panjang dapat mengarah langsung pada kelangsungan hidup."
Gajah juga membutuhkan ingatan mereka untuk menavigasi apa yang oleh ahli biologi disebut sebagai dinamika "fisi-fusi".
Dalam susunan ini, juga umum di antara primata dan beberapa spesies paus, unit keluarga inti gajah melakukan kontak dengan ratusan gajah lain sepanjang tahun (fusi), hanya untuk kemudian pecah menjadi kelompok inti yang sama (fisi).
"Beroperasi di dunia sosial yang sangat kompleks membutuhkan kekuatan otak yang cukup besar," kata Shannon.
Source | : | Live Science,Biology Letters,Proceedings of the Royal Society B |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR