Nationalgeographic.co.id—Salah satu peneliti yang terlibat dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Sisir Pesisir yang dihelat National Geographic pada pertengahan Juli 2023 adalah Budi Prabowo. Dia adalah peneliti perikanan terumbu karang dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University (PKSPL IPB).
Dalam acara diskusi Sisir Pesisir ini, Budi membeberkan sejumlah hasil penelitian terkait pesisir yang dikerjakan oleh dirinya dan timnya dari PKSPL IPB. Salah satunya adalah kondisi pesisir di Pulau Mandangin, Madura.
Budi dan timnya menemukan bahwa banyak terumbu karang di pesisir Pulau Mandangin telah rusak. "Ada perubahan di Pulau Mandangin. Yang dulunya Pulau Mandangin ini cukup kaya dengan terumbu karang. Habis itu tekanan perikanannya tinggi, terumbu mulai terdegradasi."
Kini banyak populasi terumbu karang di Pulau Mandangin telah rusak atau bahkan mati dan lenyap. Namun, yang menarik, jumlah populasi ikan terumbu di sana masih cukup tinggi jika dibanding dengan kondisi ekosistem terumbu di sana yang sudah begitu rusak.
Meski demikian, jumlah populasi ikan karang di pesisir Pulau Mandangin kini tentu saja telah berkurang dibanding ketika dulu populasi terumbu karang di sana masih sehat dan melimpah. Ukuran ikannya juga menjadi lebih kecil.
"Akhirnya ada beberapa jenis ikan menghilang atau ukurannya mengecil sampai akhirnya yang kondisi seperti ini," kata Budi.
"Masih ada beberapa koral yang bertahan, tapi ikan yang besar itu cuma ya satu-dua temuan, lebih banyak ikan kecil. Jadi; tekanan perikanan tangkap ini cukup signifikan di Pulau Mandangin," bebernya.
Hasil penelitian lain yang dipaparkan Budi adalah terkait kondisi pesisir di Pekalongan yang terancam tenggelam. Budi mengatakan, sebaian wilayah pesisir di Pekalongan kini sedang tenggelam dan sebagian lainnya akan tenggelam.
Penelitian ini Budi dan timnya lakukan karena sebelumnya ada hasil pemodelan menarik dari para peneliti UNDIP. Pemodelan itu menyebut "bahwa Pekalongan itu rentan oleh banjir rob dan limpasan dari sungai karena sempadan pantainya sudah hilang, tergantikan oleh bangunan," beber Budi.
Yang menarik, meski ada desa di pesisir Pekalongan yang sudah tenggelam, warganya menolak untuk meninggalkan desa itu. Faktor ekonomi menjadi penyebabnya.
"Ketika desanya sudah hanyut, tetapi mereka tetap balik ke sana karena mata pencahariannnya ada di sana. Entah perikanan, entah budidaya, dan semacamnya," papar Budi.
Budi dan timnya menyimpulkan bahwa "di wilayah Pekalongan ini mata pencaharian penduduknya cukup bergantung pada perekonomian pesisir."
Meski warga di sana sangat rentan tersapu oleh air laut, mereka menolak untuk pindah dan tetap beraktivitas mencari makan di sana.
Budi mengatakan dalam acara diskusi Sisir Pesisir ini bahwa setiap wilayah pesisir di Indonesia pasti punya masalahnya masing-masing. Jadi, cara penanganan dan solusi yang diperlukan akan berbeda-beda tergantung kondisi pesisir dan penduduknya.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi #SisirPesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR