Nationalgeographic.co.id—Perang Punik Kedua membuat Republik Romawi harus berhadapan dengan kekuatan besar lainnya di Mediterania, Kartago.
Kartago adalah sebuah kota kuno yang terletak di tempat yang sekarang disebut Tunisia.
Kartago menguasai garis pantai Afrika utara dan semenanjung Iberia. Romawi menggunakan angkatan lautnya untuk menyerang dan memaksa lawannya untuk menerima persyaratan untuk perdamaian.
Tindakan berani Hannibal Barca untuk melumpuhkan Romawi
Untuk menggagalkan ancaman itu, Kartago mengandalkan jenderalnya, Hannibal Barca yang legendaris.
Untuk melawan Romawi, Hannibal memiliki rencana. Dia akan menyerang lebih dulu. Pertama, Hannibal mengincar Italia dan memaksa Romawi untuk mempertahankan wilayah mereka sendiri.
Untuk sampai ke Italia, Hannibal melakukan tindakan paling berani yang pernah dilakukan oleh seorang pemimpin militer. Dia harus memimpin pasukannya melewati Pegunungan Alpen.
Membawa gajah dan pasukan besar melintasi Alpen berarti Hannibal harus menavigasi medan yang berat, salju dan es.
Pasukan juga harus melewati jalur gunung yang dikendalikan oleh suku setempat yang tangguh dan suka menyerang.
“Dan pasukan Hannibal tidak kecil dan gesit, mereka terdiri dari 70.000 prajurit, 20.000 kuda, dan 37 gajah,” tulis Patrick J. Kieger di laman History.
Rencana Hannibal adalah langkah yang penuh dengan bahaya yang dengan mudah bisa menjadi bencana militer besar dalam sejarah.
Namun, Hannibal berhasil menggiring pasukannya melintasi Pegunungan Alpen. Pasukan Kartago melakukan perjalanan hanya dalam 16 hari, menurut sejarawan Romawi Titus Livius (Livy).
“Hannibal harus menyeberangi Pegunungan Alpen karena dia tidak dapat memindahkan pasukannya ke Italia melalui laut. Kartago tidak memiliki cukup pelabuhan sekutu untuk mendukung ekspedisi maritim semacam itu,” kata Eve MacDonald, dosen senior sejarah kuno di Universitas Cardiff.
Hannibal juga membutuhkan dukungan lokal di Italia. Jadi untuk sampai ke Italia utara melalui Pegunungan Alpen, Hannibal harus menggalang dukungan dari penduduk di Italia Utara yang memusuhi Romawi.
Menelusuri rute Hannibal melintasi Pegunungan Alpen
Rute yang dilalui Hannibal melalui Pegunungan Alpen diperdebatkan selama lebih dari 2.200 tahun.
Penelitian berdasarkan endapan kotoran hewan kuno menunjukkan bahwa orang Kartago mungkin telah melewati Col de la Traversette.
Col de la Traversette adalah celah sempit di tenggara Prancis di sepanjang perbatasan dengan Italia dengan ketinggian sekitar 2.300 mdpl.
Ketika pasukan Hannibal akhirnya mencapai Pegunungan Alpen pada akhir September 218 Sebelum Masehi, musim dingin semakin dekat. Pasukan pun menggunakan pakaian dingin dan krampon.
Saat Kartago maju dengan hati-hati, anggota suku muncul di sekitar mereka, menurut catatan Livy.
Hannibal dengan cepat memerintahkan pasukannya untuk berhenti dan mengirim pemandu Gallic-nya untuk pengintaian.
Keesokan paginya, dia mempertahankan sebagian besar pasukannya di kamp. Di saat yang sama, Hannibal mengumpulkan sekelompok prajurit infanteri ringan yang paling berani dan gigih.
Mereka diam-diam memanjat dan mengamankan tempat tertinggi di sepanjang rute.
Ketika penduduk setempat muncul keesokan harinya, mereka terkejut. “Mereka melihat pasukan penyerang Kartago tepat di atas kepala mereka,” tulis Livy.
Pertempuran dengan suku di Pegunungan Alpen
Meski mengetahui besarnya pasukan Hannibal, suku tersebut tetap menyerang pasukan Kartago. Pasukan Kartago menderita kerugian besar, namun mereka bisa bertahan.
Pasukan Hannibal menyerang dan merebut kota terdekat musuh. Mereka kemudian memulihkan beberapa tentara, bagal dan kuda. Selain itu, pasukan juga menyita cukup makanan untuk bertahan beberapa hari.
Segera setelah itu, Hannibal berdamai dengan para kepala suku di Pegunungan Alpen. Tapi mereka ternyata sama berbahayanya dengan medannya.
Suku meluncurkan serangan mendadak lainnya tepat saat tentara Kartago sedang melewati medan yang sangat sulit.
Sekali lagi, Hannibal dan tentaranya mengalami kerugian besar, tetapi berhasil melawan para penyerang.
Pasukan gajah Hannibal terbukti merupakan aset yang berharga. Musuh ketakutan dengan penampilan aneh gajah dan tidak pernah berani mendekatinya.
Pada hari ke-9, pasukan Hannibal mencapai titik tertinggi dari rute tersebut, tetapi mereka merasa lelah dan putus asa.
Melihat keputusasaan prajuritnya, Hannibal menunggang kudanya ke depan. Dia menghentikan pasukan dan mendesak mereka untuk menatap ke bawah ke Lembah Po Italia.
“Setelah itu, semuanya akan lebih mudah. Tidak ada lagi bukit yang harus didaki,” sang jenderal memberi tahu anak buahnya.
Turunan curam yang membahayakan pasukan besar
Namun ternyata perjalanan selanjutnya tidak semudah yang disampaikan oleh Hannibal pada pasukannya.
Setelah itu, turunannya bahkan lebih curam dan lebih sulit dijalani jika dibandingkan dengan pendakian.
Pasukan Kartago terpeleset dan meluncur menuruni lereng. Mereka kesulitan untuk mengatur kaki dan langkahnya. Jika tersandung, mereka akan jatuh terguling menabrak barisan prajurit dan binatang.
Cuaca yang tidak bersahabat saat melewati turunan itu adalah tantangan terbesar. Di titik itu, mereka juga kehilangan banyak kuda dan gajah.
Rantai pasokan telah terputus pada titik ini. Para prajurit dan hewan kelaparan, salju dan es membuat perjalanan melewati turunan itu mematikan.
Akhirnya, pasukan Kartago sampai di daerah yang lebih hangat dan pemandangannya hijau. Hannibal berhasil, setidaknya dalam jangka pendek.
Dia menghabiskan beberapa tahun berikutnya melawan Romawi di wilayah mereka sendiri. Hannibal dan pasukannya berulang kali mengalahkan mereka dan menimbulkan kerugian besar.
Pada pertempuran Cannae pada tahun 216 Sebelum Masehi, pasukannya membunuh sedikitnya 50.000 legiun Romawi.
Namun, Hannibal tidak pernah memiliki sumber daya untuk memungkinkan dia melakukan serangan ke Roma.
Hal itu mungkin disebabkan karena hubungan keluarganya yang tegang dengan senat Kartago di kampung halamannya.
Hal tersebut menjadi penyebab mengapa Hannibal tidak berhasil mengalahkan Romawi di Italia.
Hannibal akhirnya dipanggil kembali untuk mempertahankan Kartago dari Romawi di Pertempuran Zama pada tahun 202 Sebelum Masehi. Namun ia kalah.
Kekalahan dalam Perang Punik Kedua secara efektif mengakhiri tantangan Kartago ke Roma.
Setengah abad kemudian, Romawi menghancurkan Kartago dan mengeklaim wilayah Kartago sebagai bagian dari Romawi.
Meski Kartago akhirnya dilupakan, Hannibal terus dikenang karena keberaniannya dalam perjalanan melintasi Pegunungan Alpen.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR