Nationalgeographic.co.id—Sejarah Mesir kuno dikenal dengan piramida besar, hieroglif rumit, dan sphinx yang penuh teka-teki. Bukan hanya itu, Mesir kuno juga meninggalkan warisan menarik dalam bentuk patung kecil yang dikenal sebagai shabti.
Orang Mesir percaya bahwa akhirat adalah cerminan dari kehidupan di bumi. Ketika seseorang meninggal, perjalanan individu mereka tidak berakhir tetapi hanya dipindahkan dari alam duniawi ke alam abadi.
Sesuai dengan kepercayaan orang Mesir kuno, terciptalah Shabti. Patung yang juga dikenal sebagai shawbti dan ushabti adalah tokoh penguburan di Mesir kuno yang menemani almarhum ke alam baka.
Figur-figur tersebut, berbentuk mumi pria atau wanita dewasa, muncul di makam sejak awal atau ketika mereka mewakili almarhum. Pada masa Kerajaan Baru (1570-1069 SM) terbuat dari batu atau kayu. Sementara pada Periode Akhir shabti terdiri dari faience, sejenis keramik berlapis kaca.
Istilah 'shabti' diterjemahkan menjadi 'penjawab', mencerminkan tujuan mereka menjawab panggilan untuk bekerja.
Setiap boneka ditulisi dengan 'mantra' atau dikenal sebagai formula shabti)yang menentukan fungsi dari figur tertentu. Mantra yang paling terkenal adalah Mantra 472 dari Teks Peti Mati yang berasal dari 2143-2040 SM.
Ketika almarhum dipanggil untuk bekerja, mantra itu akan menghidupkan shabti, memungkinkan mereka melakukan tugas yang diminta.
Jumlah dan jenis shabti di sebuah makam juga bisa mencerminkan status dan kekayaan almarhum.
Beberapa makam berisi shabti untuk setiap hari sepanjang tahun, bersama dengan shabti pengawas tambahan untuk mengelola para pekerja.
Shabti pengawas ini seringkali lebih besar dan didekorasi dengan lebih rumit, mencerminkan status mereka yang lebih tinggi.
Warga negara diwajibkan mencurahkan sebagian waktunya setiap tahun untuk bekerja bagi negara di banyak proyek pekerjaan umum. Firaun telah memutuskan sesuai dengan keterampilan khusus mereka dan shabti akan mencerminkan keterampilan itu atau, jika itu adalah 'boneka pekerja' umum, keterampilan yang dianggap penting.
Karena orang Mesir menganggap akhirat sebagai kelanjutan dari keberadaan duniawi seseorang (hanya lebih baik karena tidak termasuk penyakit atau, tentu saja, kematian) diperkirakan bahwa dewa kematian, Osiris, akan memiliki proyek pekerjaan umum sendiri yang sedang berlangsung.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR