Tidak ada pedang dan sepatu ketika berhadapan dengan Kaisar Tiongkok
Dimulai pada Dinasti Qin, pedang dan senjata lainnya dilarang di istana Kekaisaran Tiongkok. Namun di era Dinasti Tang, para pejabat juga harus melepas sepatu dan kaus kaki mereka saat bertemu dengan kaisar. Tidak melakukan hal ini bisa berakibat fatal.
Tabib Wen Zhi pada periode Negara-Negara Berperang mengalami nasib yang mengerikan setelah ia merawat Raja Min dari Negara Qi. Saat itu, sang tabib tidak melepaskan alas kaki.
Raja Min jatuh sakit dan putra mahkota meminta bantuan Wen. Ia mendiagnosis penyakit tersebut, namun menyarankan satu-satunya obat yang bisa menyembuhkannya adalah kemarahan. “Raja harus marah,” tambah Jiahui.
Namun Wen takut akan murka raja. Jadi dia ragu untuk memberikan “obat aneh” ini. Namun sang pangeran berjanji untuk melindungi Wen dari raja setelah dia sembuh.
Setelah pangeran menjamin keselamatan Wen, dokter tersebut naik ke tempat tidur raja tempat dia beristirahat. Hal itu dilakukan tanpa melepas sepatu dan kaus kaki. Tabib tersebut kemudian menginjak-injak seluruh tempat tidur dan pakaian raja.
Raja Min yang sakit tiba-tiba duduk tegak tapi ia murka. Rupanya penyakitnya sudah sembuh berkat tabib pemberani itu.
Putra mahkota sangat gembira atas kesembuhan ayahnya dan meminta raja untuk memaafkan kesalahan Wen. Pasalnya, tabib tersebut melakukannya untuk menyembuhkan sang raja. Namun raja menolak dan memerintahkan Wen direbus hidup-hidup karena pelanggarannya.
Beberapa tamu tepercaya diizinkan memakai sepatu dan membawa pedang ke istana Kekaisaran Tiongkok. Namun ini adalah hak istimewa luar biasa yang hanya diberikan kepada tokoh paling berpengaruh dan dihormati. Salah satunya adalah panglima perang Cao Cao di era Dinasti Han Timur (25 – 220).
Mengontrol fungsi tubuh
Etiket dianggap penting bagi banyak dinasti Kekaisaran Tiongkok. Pejabat dan rakyat tidak pantas untuk buang air kecil, meludah, dan bahkan batuk di hadapan kaisar. Di Dinasti Ming, misalnya, pejabat Tan Lun dipotong gajinya selama sebulan setelah tidak sengaja batuk di depan Putra Langit.
Cuaca juga menjadi masalah. Pada Dinasti Ming dan Qing, audiensi pagi hari dengan kaisar diadakan di luar ruangan di Kota Terlarang. Para pejabat menghabiskan waktu berjam-jam di tengah teriknya musim panas atau badai salju di musim dingin. Para pejabat pingsan adalah hal biasa saat itu.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR