Ritual festival ini bertujuan untuk memohon berkah bagi kesuburan dan kemakmuran, tidak hanya bagi hewan ternak tetapi juga bagi masyarakat Roma.
Luperci, pendeta yang didedikasikan untuk Lupercus, memainkan peran sentral dalam ritual ini, mewujudkan sifat ganda dewa sebagai liar dan mengasuh.
Dengan cara ini, Lupercalia bukan hanya cerminan norma-norma masyarakat dan praktik keagamaan. Festival ini menjadi perayaan asal usul Roma yang legendaris, penghormatan kepada pelindung ilahi, dan ritual yang mengikat para partisipannya dalam sejarah.
Ritual Aneh yang Diadakan selama Festival
Festival ini dimulai dengan pengorbanan kambing dan terkadang anjing di Gua Lupercal di Bukit Palatine. Hewan-hewan ini dipilih karena asosiasi simbolisnya dengan kesuburan dan perlindungan.
Luperci, pendeta yang dipersembahkan kepada dewa Lupercus, kemudian menguliti hewan kurban dan memotong kulitnya menjadi tali panjang.
Hanya dengan mengenakan cawat yang terbuat dari kulit hewan kurban, suku Luperci memulai ritual lari mengelilingi Bukit Palatine.
Bukan lari biasa, saat mereka berlari, mereka akan menyerang penonton terutama perempuan, dengan celana dalam yang mereka bawa. Jauh dari tindakan agresi, ini adalah bagian festival yang sangat dinantikan.
Wanita akan memposisikan diri mereka di sepanjang rute tersebut. Mereka percaya bahwa pukulan akan meningkatkan kesuburan dan meringankan rasa sakit saat melahirkan.
Tindakan berlari itu sendiri bersifat simbolis, dianggap dapat menyucikan tanah dan manusia, mengusir roh jahat dan kemalangan.
Setelah lari, sering diadakan pesta komunal, di mana para peserta akan berbagi daging hewan kurban, yang selanjutnya mengikat komunitas dalam pengalaman keagamaan bersama. Ritual tersebut memiliki fungsi sosial, memperkuat ikatan komunal dan hierarki sosial.
Partisipasi tokoh-tokoh penting seperti Julius Caesar dan Mark Antony dalam berbagai kapasitas menggarisbawahi pentingnya festival ini bagi kehidupan keagamaan dan politik Roma.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR