Nationalgeographic.co.id—Seperti halnya pada peradaban lain, kelahiran, masa kecil dan pendidikan juga merupakan bagian terpenting dalam kekaisaran Bizantium. Kehidupan masyarakat di kekaisaran Bizantium sangat bergantung pada kelahiran seseorang dan keadaan orang tuanya.
Setelah itu, pendidikan akan memberikan peluang atau potensi untuk mengakumulasi kekayaan. Pendidikan juga menjadi jalan untuk mendapatkan sponsor atau mentor yang lebih berkuasa.
Ketiga fase tersebut menjadi perhatian utama berjalanan kehidupan bermasyarakat dalam Kekaisaran Bizantium. Mereka menginvestasikan lebih untuk mendapatkan potensi yang lebih baik.
Kelahiran
Seperti di sebagian besar kebudayaan kuno lainnya, adalah tempat seseorang dilahirkan di Kekaisaran Byzantium. Kelahiran sangat menentukan status sosial dan profesi seseorang di masa dewasa.
Di dalam Kekaisaran Bizantium, setidaknya ada dua kelompok besar warga negara. Yang pertama adalah honestiores (yang “berhak istimewa”), kemudian yang kedua adalah humiliores (“yang “rendah hati”).
Mereka adalah orang-orang kaya, yang memiliki hak istimewa, dan memiliki hak lebih dibandingkan dengan orang lain. Sanksi humu berlaku lebih ringan bagi honestiores, dalam banyak kasus hanya berupa denda dibandingkan hukuman fisik.
Sementara pencambukan dan mutilasi, yang paling sering dilakukan adalah pemotongan hidung, merupakan bentuk hukuman yang umum untuk kejahatan seperti perzinahan dan pemerkosaan terhadap seorang biarawati.
Untuk kejahatan seperti pembunuhan dan pengkhianatan, tidak ada pembedaan sosial yang diterapkan dengan hukuman mati bagi semua orang. Di bawah dua kelompok besar yang disebutkan di atas adalah para budak yang diperoleh di pasar dan melalui peperangan.
Nama keluarga menjadi semakin menggambarkan profesi atau lokasi geografis seseorang. Seperti misalnya Paphlagonitis untuk orang dari Paphlagonia atau Keroularios si “pembuat lilin”.
Namun demikian, angka harapan hidup di Kekaisaran Bizantium sebenarnya termasuk rendah menurut standar modern. Siapa pun yang mencapai usia lebih dari 40 tahun mempunyai kondisi yang lebih baik daripada rata-rata.
Perang terjadi kira-kira sekali setiap generasi, sementara penyakit merajalela dan selalu ada. Pengobatan primitif sering kali sama berbahayanya dengan penyakit yang ingin disembuhkannya.
Masa Kecil & Pendidikan Dasar
Masa kecil anak-anak kelas bawah pada dasarnya dihabiskan dengan mempelajari atau mewarisi profesi orang tuanya. Gadis-gadis bangsawan belajar memintal, menenun, dan membaca serta menulis.
Mungkin mereka juga mempelajari Alkitab dan kehidupan orang-orang suci. Namun mereka tidak memiliki pendidikan formal. Hal itu karena mereka diharapkan untuk menikah dan kemudian mengasuh anak, menjaga aset rumah tangga, dan mengelola budak.
Untuk anak laki-laki bangsawan, sebagian besar kota memiliki sekolah yang dikelola oleh uskup setempat. Namun ada juga guru privat bagi mereka yang mampu membiayainya.
Anak laki-laki pertama kali diajari membaca dan menulis dalam bahasa Yunani dan kemudian disekolahkan dalam tujuh seni klasik kuno. Yaitu tata bahasa, retorika, logika, aritmatika, geometri, harmonik, dan astronomi.
Teks-teks seperti Iliad karya Homer dan Theogony karya Hesiod serta Works and Days adalah subjek pembelajaran standar. Siswa dapat menghafal seluruh bagiannya.
Walaupun sebenarnya tujuannya tidak jelas. Selain -tentu saja, untuk mengesankan tamu makan malam di masa depan dengan ingatan yang lebih lemah.
Seperti diketahui, Homer adalah penulis dalam sejarah Yunani kuno di balik karya epik Iliad dan Odyssey, dua puisi paling ikonik sepanjang masa.
Melalui puisi-puisi epik ini dia membawa kita pada perjalanan Odysseus saat dia berjuang menemukan jalan pulang setelah Perang Troya. Ia bertarung melawan monster laut, makhluk penggoda, binatang buas, dan banyak lagi di sepanjang perjalanan.
Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Homer, namun para sejarawan telah mencoba mengumpulkan gambaran tentang siapa dia sebenarnya. Tapi sebenarnya memang karya epik Homer tidak selayaknya untuk dihapalkan bagi pemuda di Kekaisaran Bizantium.
Sementara Theogony adalah puisi didaktik dan instruksional abad ke-8 SM, yang dibuat oleh penyair Yunani Hesiod.
Theogony, pada awalnya, tidak benar-benar ditulis, melainkan merupakan bagian dari tradisi lisan yang kaya. Karyanya disampaikan dari mulut ke mulut dan menjadi cerita turun temuru.
Theogony baru mencapai bentuk tertulis beberapa dekade kemudian. Theogony menelusuri sejarah dunia mulai dari penciptaannya hingga pertempuran antara Olympian, mulai dari para Titan hingga kenaikan Zeus sebagai penguasa absolut semua dewa Olympian.
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi tersedia di kota-kota besar seperti Konstantinopel, Alexandria, Athena, dan Gaza. Kurikulumnya terdiri dari pembelajaran filsafat, khususnya karya Plato dan Aristoteles, serta teologi Kristen.
Anak-anak juga mungkin dikirim untuk pelatihan di gereja atau istana kekaisaran dengan harapan kemajuan sosial. Mereka nanti diharapkan dapat meningkatkan status keluarga dan memiliki potensi lebih baik untuk maju.
Misalnya, Konstantinopel memiliki sekolah khusus untuk melatih pemuda yang nantinya akan bekerja di pemerintahan. Kemudian ada juga sekolah hukum terkenal di Berytus yang berada di pesisir Mediterania Timur.
Pada abad ke-9 M, sebuah universitas didirikan di Istana Agung Konstantinopel tempat para tokoh akademis seperti Leo sang Matematikawan mengajar.
Kemudian, pada pertengahan abad ke-11 M, sebuah sekolah hukum dan filsafat baru didirikan di ibu kota. oleh Patriark John Xiphilinos (memerintah 1064-1075 M).
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR