Nationalgeographic.co.id—Jauh sebelum Alexander Agung lahir, Dewa Anggur Dionysus dalam mitologi Yunani ternyata telah menginvasi india. Dionysus adalah dewa dalam mitologi Yunani Kuno dan juga bagian dari jajaran dewa dalam mitologi Romawi.
Ia dikenal sebagai Bacchus di kalangan orang Romawi dan dihubungkan dengan dewa kesuburan dan anggur Italia, Liber Pater.
Menariknya, ia juga dikaitkan dengan India dan sering disebutkan dalam referensi zaman klasik. Menurut mitologi Yunani, Dionysus, dewa anggur, tiba di India dan menaklukkan daratan, mendirikan kota, dan menetapkan hukum.
Dia juga memperkenalkan anggur kepada orang-orang India. Seperti yang dia lakukan kepada orang-orang Yunani dan mengajari mereka cara menanami tanah sementara dia menyediakan benih.
Hubungan Dionysus dengan India semakin penting setelah kunjungan Alexander Agung pada tahun 327 SM ke sebuah kota yang oleh orang Yunani disebut Nysa, terletak di antara Sungai Cophenii dan Sungai Indus.
Dalam mitologi Yunani, tempat ini dikenal sebagai tempat kelahiran Dionysus, dimana ia dilahirkan dari paha Dewa Yunani Zeus.
Itu terjadi setelah ibunya sendiri, Semele, yang belum sepenuhnya mengembangkan Dionysus di dalam rahimnya, termakan oleh petir Zeus ketika ia mengungkapkan keagungan padanya.
Zeus menyelamatkan putranya dengan menjahitnya di pahanya dan menjaganya di sana sampai ia mencapai kedewasaan.
Oleh karena itu, konon ia dilahirkan dua kali, setelah itu ia dipercayakan untuk merawat bidadari tertentu di Gunung Nysa.
Alexander Agung dan Gunung Meru, India
Dalam karyanya The Anabasis of Alexander: Book VIII (Indica), Arrian dari Nicomedia, seorang sejarawan Yunani pada zaman Romawi, menulis tentang invasi Alexander Agung.
Ia juga menulis, bahwa suku Nysaean bukanlah ras India, melainkan bagian dari mereka yang datang bersama Dionysus ke India. Bahkan mungkin dari orang-orang Yunani yang tidak lagi bertugas dalam perang yang dilakukan Dionysus dengan orang-orang India.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR