Nationalgeographic.co.id—Berlangsung dari tahun 395 hingga 1453, Kekaisaran Romawi Timur, atau populer dengan nama Bizantium memiliki umur panjang dan hanya sedikit yang bisa menandingi.
Sebagai contoh, pendahulunya, Kekaisaran Romawi, yang didirikan didirikan pada tahun 27 SM. Untuk semua kekuatan dan kebesarannya, Kekaisaran Romawi hanya bertahan selama lima abad.
Contoh lainnya adalah kekaisaran besar yang gagal menyamai umur panjang Bizantium adalah para penerusnya, Ottoman. Kekaisaran Ottoman hanya bertahan selama hampir lima abad.
“Bizantium bertahan lebih lama daripada pendahulu mereka atau penerusnya, dan ini adalah sebuah prestasi yang cukup besar,” tulis Andrew Szekler, pada laman Owlcation.
Perbatasan Bizantium sering kali dikepung oleh negara-negara tetangganya, dan yang lebih rumit lagi, perselisihan sipil dan perebutan kekuasaan di dalam Kekaisaran Bizantium. Lantas, mungkinkah Kekaisaran Bizantium dapat bertahan lebih lama jika tak pernah terjadi Perang Saudara?
Perang Saudara Kekaisaran Bizantium di Awal Abad ke-7
“Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada abad kelima, tetapi Kekaisaran Romawi Timur bertahan jauh lebih baik dan, di bawah pemerintahan Yustinianus I yang ambisius, bahkan menaklukkan kembali beberapa wilayah Kekaisaran Barat yang runtuh,” jelas Andrew.
Di bawah pemerintahan Yustinianus, Kekaisaran Romawi Timur mencapai wilayah teritorial terbesarnya. Meskipun demikian, benih-benih kemundurannya sudah terlihat selama masa pemerintahan Yustinianus yang panjang.
Berkat diplomasi Yustinianus yang cerdas, ia berhasil menahan orang-orang barbar yang tinggal di perbatasan utara Kekaisaran agar tidak menginvasi wilayah-wilayah Romawi. Sebaliknya, ia mengendalikan Kekaisaran Sassaniyah–salah satu kerajaan Persia yang terkenal–dengan diplomasi.
Keadaan berubah di bawah pemerintahan penggantinya, Justin. Pada akhir abad ke-6, Kaisar Konstantinopel semakin berjuang keras untuk mencegah musuh-musuhnya.
Bencana meletus pada tahun 602 ketika tentara Balkan yang tidak puas memberontak terhadap Kaisar Maurice. Pemberontakan ini dipimpin oleh Phocas, yang saat itu menjabat sebagai perwira militer.
Para tentara berbaris di ibu kota dan menggulingkan Kaisar. Maurice dan putra-putranya ditangkap dan dieksekusi. Di sisi lain rezim baru Kaisar Phocas tidak diakui atau diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam politik Bizantium pada saat itu.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR