Nationalgeographic.co.id—Harem Mughal adalah istana atau kompleks istana yang direservasi untuk permaisuri, selir, anggota keluarga perempuan, dan para pengawal perempuan di dalam Kekaisaran Mughal. Harem merupakan salah satu bagian penting dalam struktur istana Mughal dan memiliki peran yang unik dalam kehidupan istana.
Harem Kekaisaran Mughal adalah tempat yang kompleks. Tempat ini menjadi wadah berkumpulnya beragam budaya, intrik, dan sensitivitas.
Pada era abad pertengahan, perempuan tersedia dan diperlakukan sebagai rampasan perang. Para wanita dari musuh ditangkap dan dijual di pasar budak.
“Perempuan tidak memiliki hak untuk protes atau bahkan untuk didengar. Oleh karena itu, orang-orang kaya berpoligami, dan banyak yang mampu memiliki lebih dari empat istri,” kata Ravi Rajan, seorang penulis sejarah dari Mumbai, India.
Hal ini mengakibatkan pembengkokan aturan dalam bentuk pernikahan mut'ah yang merupakan pernikahan kontrak dengan memberikan sejumlah besar uang.
Selain yang legal dan dikontrak, banyak budak perempuan dipelihara sebagai selir untuk kesenangan dan hiburan.
Namun harem kemudian menjadi terorganisir dengan berbagai aturan ketika Kaisar Akbar naik tahkta. Hal ini kemudian dipertahankan secara religius oleh keturunannya, Jahangir, Shah Jahan, hingga Aurangzeb.
Harem Sebagai Sebuah Institusi
Harem sebagai sebuah institusi pertama kali diciptakan oleh kaisar Akbar. Hal ini membuat harem menjadi sebuah departemen pemerintahan yang berfungsi penuh dengan pejabat keamanan dan pejabat keuangan.
Bahkan, Ravi menjelaskan, tempat ini juga menjadi departemen sumber daya manusia dan rekreasi untuk menghibur para wanita.
“Setiap kegiatan berkisar pada kebahagiaan dan kesejahteraan kaisar dengan tetap mempertahankan aturan purdah atau ketertutupan sesuai dengan pedoman Islam,” kata Ravi.
Begitu seorang gadis memasuki harem, artinya dia memutuskan semua hubungan dengan dunia luar dan tidak bisa meninggalkannya sampai meninggal.
Bahkan jika kaisar meninggal, dia tidak dapat meninggalkan harem atau menikah lagi, namun akan diasingkan di bagian terpisah dari harem yang disebut "suhagpura". Di tempat itulah, dia akan menghabiskan sisa hidupnya dalam isolasi.
Kehidupan Kaisar Jahangir
Francisco Pelseart, seorang pedagang Belanda, berkesempatan untuk mengunjungi India pada masa pemerintahan Kaisar Jahangir. Ia menyaksikan hal-hal menarik mengenai kehidupan wanita di balik tembok harem.
Menurutnya, Jahangir adalah raja yang paling bernafsu di antara semua raja Mughal. Pada usia 25 tahun, ia memiliki istri sebanyak 20 dan hampir 300 budak wanita di haremnya yang terus berkembang.
Kaisar Jahangir memberikan perlakuan istimewa pada wanitanya. Ia memberikan berbagai barang mewah seperti parfum, pakaian, dan pernak-pernik lainya. Jahangir menyukai perhatian yang ia peroleh ketika para wanita bersaing untuk mendapatkan perhatiannya.
Ravi menjelaskan, setiap istri memiliki apartemen tersendiri yang dikelola oleh 10 hingga 20 budak perempuan yang siap membantunya.
“Ada tunjangan bulanan yang murah hati yang diberikan untuk membeli perhiasan dan pakaian, dan para wanita berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya dengan membuatkan makanan dan manisan khusus sesuai seleranya di apartemen mereka.”
Setiap malam, setiap kali ia mengunjungi seorang istri tertentu, ruangannya akan didekorasi dengan mewah dan diresapi berbagai parfum. Para budak wanita akan dikirim untuk mengambil buah-buahan dan sorbet terbaik untuk kaisar.
Karena cuaca di India pada umumnya panas, ia akan segera menanggalkan pakaiannya. Segera ia akan dibuat nyaman oleh sang istri bersama dengan para budak perempuannya, dengan menggosokkan krim cendana dan rosewood ke seluruh tubuhnya.
Kipas kain yang terbuat dari sutra atau "punkah" akan terus menerus dikibaskan di atas kepalanya, sembari menikmati percikan hujan air mawar yang menetes di tubuhnya.
Biasanya, sang kaisar juga akan mendengar dongeng dari istrinya tentang kejadian sehari-hari dan "memuji" keberaniannya dalam isu-isu tertentu, untuk memuaskan egonya.
“Banyak anggur akan dikonsumsi dan disajikan dalam proses membangkitkan gairah kaisar, bersama dengan minuman keras lainnya seperti opium, ambar, dan obat perangsang lainnya,” kata Ravid.
Malam penuh kenikmatan itu berlangsung hingga dini hari. Pagi hari akan menjadi saat yang menentukan. Jika kaisar senang, dia akan kembali, dan status istri atau budak perempuan itu akan dinaikkan menjadi kesayangan kaisar. Jika kaisar tidak senang, dia akan dilupakan.
Hari-hari Terakhir dan Kematian Harem
Konon, harem adalah tempat untuk bersenang-senang, dan topik-topik seperti penyakit dan kematian tidak dibahas.
Ada fasilitas terpisah yang disebut "bimarkhana" di mana orang yang sakit dirawat dan dijauhkan dari kemegahan harem.
“Ya, semua perawatan diberikan, tetapi para wanita yang sakit umumnya menjalani kehidupan sepi dan terisolasi tanpa ada yang mengunjungi kecuali para budak perempuan,” kata Ravid.
Jika wanita tersebut dulunya adalah kesayangan kaisar, “dia mungkin akan berkunjung sekali, itu saja.”
Ini adalah kebenaran pahit di balik tembok Mughal, mereka tak akan kekurangan wajah-wajah segar dan muda untuk menggantikan yang lebih tua.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR