Nationalgeographic.co.id—Berkat ilmu pengetahuan, manusia modern dapat menikmati gerhana langit tanpa takut akan akhir zaman atau bencana. Namun di masa lalu, munculnya gerhana sering dikaitkan dengan makhluk-makhluk seram yang mengacaukan matahari dan bulan. Dari mitologi Hindu hingga Mesir, ada beragam makhluk yang menyebabkan gerhana.
Ketika bulan menghalangi matahari atau bulanmenghilang ke dalam bayangan bumi, orang mencari jawabannya dari para dewa. Orang di masa lalu mengaitkan gangguan siklus matahari dan bulan ini dengan monster kosmik.
Kebudayaan kuno menciptakan cerita untuk menjelaskan gerhana atau. Tentu saja, tradisi dari generasi ke generasi memungkinkan mitologi berkembang dan memenuhi berbagai tujuan budaya.
Skoll dan Hati di mitologi Nordik
Ketika sesuatu yang mengerikan terjadi dalam mitologi Nordik, Anda dapat berasumsi bahwa Loki ada hubungannya dengan hal itu. Dewa penipu berhasil menjadi ayah dari ular pemakan dunia terhebat, ratu dunia bawah, dan serigala raksasa pembunuh dewa.
Serigala itu, Fenrir, melahirkan malapetaka matahari dan bulan dengan kehadiran duo lupin Skoll dan Hati.
“Skoll tidak sempat melahap matahari sampai akhir zaman tiba,” tulis Robert Lamb di Atlas Obscura. Dan ketika dia akhirnya menancapkan giginya di matahari, cahaya dunia padam di dalam perutnya yang suram. Sementara itu, Hati memakan bulan.
Stephen Hawking menggambarkan serigala sebagai monster gerhana dalam The Grand Design dan banyak publikasi lain yang mengikuti jejak tersebut, tetapi tidak semua orang yakin.
Namun, mungkin saja orang-orang Norwegia melihat kisah-kisah malapetaka ini tercermin dalam gerhana. Mereka bahkan menganggapnya sebagai peristiwa yang nyaris terjadi dalam perlombaan abadi antara terang dan kegelapan yang memakan banyak waktu.
Rahu Asura yang Dipenggal dalam mitologi Hindu
Hanya sedikit mitos gerhana yang bisa menandingi kengerian Rahu dalam mitologi Hindu. Rahu dikenal sebagai Svarbhanu, manusia setengah dewa yang murka berusaha untuk hidup selamanya dengan meminum Amrita, nektar keabadian.
Namun Dewa Wisnu tidak tahan dengan hal ini dan memenggal kepala Svarbhanu, sebelum cairan itu masuk ke tenggorokannya. Kepala yang dipenggal itu menjadi Rahu yang abadi.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR