Nationalgeographic.co.id—Kebutuhan akan pertahanan diri selalu ada dalam sejarah manusia, khususnya di dunia kuno. Namun terkadang, rakyat biasa tidak dibekali dengan senjata yang memadai atau pelatihan yang memadai. Hal ini tentu saja sangat mengurangi efektivitas mereka dalam pertempuran.
Di banyak budaya, orang memilih untuk mempelajari cara untuk membela diri. Pada akhirnya, mereka mengembangkan seni bela diri unik yang bisa menjadi bentuk pertahanan diri yang sangat mematikan.
Banyak dari seni bela diri ini bertahan selama berabad-abad dan terus disempurnakan hingga kini. Berikut adalah daftar seni bela diri mematikan dari dunia kuno.
Tahtib
Tahtib juga dikenal sebagai Arnis sa Kawayan atau pertarungan tongkat. “Tahtib adalah seni bela diri tradisional yang berasal dari Mesir kuno,” tulis Aleksa Vuckovic di laman Ancient Origins.
Berakar pada sejarah dan budaya, tahtib melibatkan teknik pertarungan dengan menggunakan tongkat bambu panjang sebagai senjata utamanya. Praktisi tahtib terlibat dalam gerakan koreografi yang menyimulasikan skenario pertempuran, menggabungkan serangan, blok, tusukan, dan sapuan.
Seni ini menekankan gerak kaki yang lancar dan berirama, keseimbangan dan koordinasi, memanfaatkan tongkat sebagai alat ofensif dan defensif.
Tahtib memiliki makna budaya yang lebih dari sekadar bela diri. Seni bela diri ini sering kali ditampilkan dalam acara perayaan, festival, dan pertemuan sosial.
Meskipun keunggulan tahtib memudar seiring berjalannya waktu, upaya telah dilakukan untuk menghidupkan kembali dan melestarikan seni kuno ini. Praktisi modern mempelajari tahtib untuk terhubung dengan sejarah bela diri Mesir. Mereka mengapresiasi budaya dan menumbuhkan rasa kebersamaan.
Kung fu adalah disiplin seni bela diri yang berasal dari Tiongkok dan telah mendapat pengakuan dalam sejarah dunia. Berakar pada tradisi kuno, kung fu mencakup beragam gaya, teknik, dan filosofi yang telah berkembang selama berabad-abad.
Teknik kung fu mencakup spektrum serangan yang luas, tendangan, pukulan, blok, kuncian sendi, lemparan, dan banyak lagi. Seni bela dini ini menekankan kelancaran gerakan, keseimbangan, fleksibilitas, dan integrasi pikiran dan tubuh.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR