Nationalgeographic.co.id—Sejarah Tiongkok diwarnai berbagai kisah dan legenda. Menurut tradisi Tiongkok Kuno, awal mulanya kekaisaran ini diperintah oleh Tiga Maharaja. Mereka diikuti oleh Lima Kaisar yang mengembangkan keterampilan dasar para penguasa untuk menciptakan budaya Tiongkok.
Salah satu dari maharaja pendiri Tiongkok tersebut adalah Shennong. Ia umumnya dianggap sebagai kaisar yang terakhir.
Dalam kisah-kisah Tiongkok Kuno, Shennong dipuji karena kemampuannya dalam mengajarkan manusia cara bercocok tanam, membedakan tanaman obat-obatan, dan menggunakan ramuan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Konon, pengetahuannya tentang tanaman dan herbal membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan rakyatnya. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan tanaman sebagai obat-obatan dan nutrisi.
Kaisar Kuno Shennong
Dianggap sebagai pendiri Tiongkok, kaisar-kaisar kuno ini didewakan oleh keturunannya. Mereka hampir tidak terlihat seperti manusia, bahkan ketika mereka masih hidup.
“Shennong, seperti raja-raja lainnya, memiliki tengkorak yang terbuat dari besi, tanduk seperti kambing, dan dahi dari perunggu. Meskipun penampilannya hampir mengerikan, dia dihormati sebagai penguasa yang hebat,” tulis Mike Greenberg pada laman Mythology Source.
Ketika Shennong berkuasa, rakyat Tiongkok dalam keadaan sakit-sakitan dan lemah. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang pertanian atau pengobatan untuk menyambung hidup.
Kehadiran Shennong adalah kabar baik bagi rakyat. Melihat penderitaan yang luar biasa, Shennong menghabiskan masa pemerintahannya untuk mengajari rakyatnya cara hidup yang lebih baik.
Dia menciptakan cangkul dan bajak sehingga orang-orang dapat mengolah tanah dan mengontrol di mana tanaman mereka tumbuh. Irigasi dikembangkan sehingga ladang dan sawah memiliki air yang cukup.
Dia juga menciptakan kapak, sehingga masyarakat dapat membuka lebih banyak lahan untuk ditanami. Kayu-kayu yang mereka tebang dapat digunakan sebagai kayu bakar untuk berbagai keperluan.
Untuk air minum, Shennong mengajari mereka menggali sumur. Hal ini membuat akses mengambil air menjadi lebih mudah. Di sisi lain, menyediakan sumber yang lebih bersih membuat rakyatnya terhindar dari beberapa penyakit.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR