Pada bulan Desember, jumlah orang yang selamat menyusut menjadi 16 orang. Mereka dihadapkan pada sebuah pilihan: menunggu mati atau mencari bantuan.
Menyelamatkan diri mereka sendiri
Sebuah kelompok kecil memilih untuk melakukan misi penyelamatan: Canessa, Nando Parrado, dan Antonio Vizintín. Ketiga pemuda ini harus mendaki gunung dan berharap mereka bisa menemukan bantuan di seberang gunung. Mereka menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mempersiapkan
Ketiganya memulai perjalanan mereka pada tanggal 12 Desember. Tiga hari setelah ekspedisi, Vizintín kembali ke kamp sehingga Canessa dan Parrado memiliki peluang lebih besar untuk berhasil dengan ransum mereka yang terbatas.
Pada tanggal 20 Desember, keduanya melihat manusia lain: Sergio Catalán Martínez, seorang penggembala Chili.
Setelah pria itu membawa bantuan keesokan harinya, Parrado dan Canessa membawa pihak berwenang ke 14 orang lainnya yang selamat. Setelah 72 hari tersesat di Andes, mereka semua akhirnya selamat.
Pulang ke rumah
Berita tentang apa yang disebut "Keajaiban di Andes" dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Kegembiraan atas penyelamatan itu segera berubah menjadi kengerian ketika para korban yang selamat mengakui bahwa mereka telah memakan daging manusia untuk tetap hidup.
Mereka membela tindakan mereka. "Anda tidak bisa merasa bersalah karena melakukan sesuatu yang tidak Anda pilih," kata Canessa kepada The Washington Post pada tahun 1978.
Meskipun demikian, para penyintas membawa kenangan kanibalisme bersama mereka dalam beberapa dekade berikutnya. Dalam memoarnya, Canessa menjelaskan, "Bagi kami, mengambil tindakan ini adalah sebuah keputusan terakhir, dan konsekuensinya tidak dapat diubah: Kami tidak pernah sama lagi."
Meskipun 16 pemuda turun gunung, sisa-sisa mereka yang tidak selamat tidak akan pernah meninggalkan Andes. Mereka dikebumikan di dekat tempat di mana mereka meninggal.
“Kisah Penerbangan 571 dengan mudah bisa saja berakhir sebagai misteri yang tragis, sebuah kisah tentang bagaimana semua orang yang ada di pesawat itu hilang di Andes.Namun, para korban selamat menulis ulang kisah itu dengan menyelamatkan diri mereka sendiri,” ungkap Parissa.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR