Namun pemotongan perut dadakan yang muncul dalam literatur abad pertengahan sangat berbeda dengan seppuku yang dilembagakan setelahnya. Baru pada awal abad ke-17, saat penyatuan Jepang, seppuku menjadi bagian formal dari budaya samurai.
Bushido, Kode Etik Samurai
Bushido berarti “jalan pejuang” dan merupakan kode etik yang dikembangkan oleh para pemimpin Jepang pada masa Keshogunan Tokugawa. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan kesetiaan pada para samurai, untuk menyalurkan kejantanan ekstrim dan keberanian mereka menjadi sesuatu yang lebih cocok untuk masa damai.
Seppuku menjadi bagian penting dari kode etik ini, karena melambangkan sikap tabah seorang samurai terhadap kematian.
Hal ini juga membantu membangun gagasan bahwa samurai berbeda dari orang biasa. Ada anggapan bahwa orang biasa tidak akan pernah bisa menghadapi kematian dengan cara yang tegar seperti seorang samurai.
Bagi para samurai sendiri, seppuku adalah sebuah keistimewaan. Cara untuk memperbaiki kesalahan yang memalukan atau untuk menunjukkan kesetiaan.
Akibatnya, ada banyak laporan tentang samurai yang bunuh diri setelah kematian tuannya atau bahkan untuk menyatakan hal yang tidak dapat dinyatakan sebaliknya.
Kehormatan sangat penting bagi samurai Kekaisaran Jepang sehingga sering kali kehormatan lebih diutamakan daripada nyawa seseorang.
Menurut daftar hukuman yang berasal dari tahun 1590-an, seppuku dianggap hukuman yang tidak terlalu berat dibandingkan kehilangan status samurai.
Setidaknya dalam satu kasus, keluarga seorang samurai melakukan intervensi atas namanya, dengan alasan bahwa hukumannya harus dikurangi dari pencabutan statusnya menjadi seppuku.
Bagi mereka, bunuh diri lebih ringan dibandingkan harus menderita aib. Penggunaan seppuku melampaui samurai itu sendiri. Wanita terkadang diketahui melakukan seppuku bersama suaminya.
Mereka juga melakukan jigai, yaitu metode yang menggorok leher, bukan menggorok perut. Dalam kedua kasus tersebut, perempuan biasanya mengikat lutut mereka untuk menghindari ketidaksopanan.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR