Ketika anak-anak melakukan seppuku, sering kali hal itu dipaksakan kepada mereka sebagai hukuman atas perbuatan ayah mereka. Mereka sering kali diberi kipas kertas, bukan belati, dan diberitahu bahwa mereka hanya akan berlatih secara nyata.
Pada saat anak itu menyeret kipas kertas ke perutnya, kaishakunin akan mengeluarkan pedang asli dan memenggal kepala mereka.
Apakah Seppuku Masih Dipraktikkan?
Seppuku dilarang pada tahun 1873, namun praktik tersebut tidak sepenuhnya hilang. Selama Perang Dunia II, tentara Jepang diperintahkan untuk berperang sampai mati daripada membiarkan diri mereka ditangkap. Akibatnya, beberapa tentara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melakukan seppuku.
Di akhir perang, banyak perwira melakukan hal yang sama. Wakil Laksamana Takijiro Onishi, penemu serangan pesawat bunuh diri yang dikenal sebagai kamikaze, melakukan seppuku setelah mendengar berita penyerahan Kaisar.
Dia bertanggung jawab mengirim ribuan pemuda menuju kematian dalam upaya putus asa untuk menyelamatkan Jepang dari kekalahan.
Bagi Onishi, seppuku adalah cara untuk menebus perbuatannya. Malam sebelum dia bunuh diri, dia menulis surat yang menyatakan penyesalan atas kegagalannya dan mengirim begitu banyak pemuda untuk mati.
Dia memilih untuk melakukan seppuku tanpa menggunakan kaishakunin, dan memilih untuk menderita kematian yang lambat dan menyakitkan yang berlangsung selama 15 jam.
Kehormatan dan Bunuh Diri di Jepang Modern
Kode etik samurai mungkin sudah tidak ada lagi, namun kehormatan masih berkontribusi terhadap tingginya angka bunuh diri di Jepang.
Tugas dan kewajiban merupakan bagian sentral dari masyarakat Jepang. Ketika seseorang tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan darinya, sering kali timbul rasa malu.
Baik karena kehilangan pekerjaan atau kegagalan dalam menghidupi keluarga, beban rasa malu tersebut dapat mendorong seseorang untuk bunuh diri.
Tekanan untuk melakukan bunuh diri meningkat jika tahu bahwa mereka dapat mengumpulkan uang dari polis asuransi jiwa.
Hal ini terutama berlaku bagi para lansia, yang terkadang melihat bunuh diri sebagai cara untuk berkontribusi pada keluarga mereka. Seppuku mungkin merupakan praktik kuno, namun sejarahnya tetap ada.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR