Nationalgeographic.co.id—Claudius adalah kaisar Romawi keempat dari tahun 41 hingga 54 Masehi. Nama lengkapnya adalah Tiberius Claudius Caesar Augustus Germanicus.
Kaisar Claudius terkenal karena keberhasilan ekspansi Romawi ke Inggris dan sebagian Afrika dan Timur Tengah. Claudius adalah pemimpin ulung yang membawa perbaikan pada sistem peradilan kekaisaran, mengeluarkan undang-undang yang melindungi pekerja yang diperbudak, memperluas kewarganegaraan Romawi dan memberikan lebih banyak hak kepada warga negara.
Banyak orang pada saat itu menganggapnya terlalu lemah untuk memerintah dibandingkan para pendahulunya. Namun masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat tentang penguasa baru dan satu-satunya pewaris Kaisar Augustus yang masih hidup itu.
Salah satunya adalah fakta bahwa Claudius memiliki kondisi cacat atau disabilitas pada tubuhnya. Claudius digambarkan memiliki berbagai cacat fisik dan penyakit sepanjang hidupnya, termasuk tangan gemetar, pincang, dan gagap.
Para sejarawan berspekulasi bahwa Claudius mungkin menderita Cerebral Palsy atau Sindrom Tourette. Spekulasi ini pernah dibahas dan diteliti dalam sebuah makalah studi berjudul "A neurological mystery from history: the case of Claudius Caesar".
Makalah studi tersebut menyebut, "Kaisar Romawi Claudius menderita berbagai macam kelainan fisik dan cacat. Banyak sarjana yang menjelaskan gejala ini dengan berhipotesis bahwa Claudius menderita Cerebral Palsy. Namun, hipotesis ini sudah ketinggalan zaman dan tidak memperhitungkan semua bukti yang tersedia."
Makalah studi ini mengkaji kembali sumber-sumber sejarah kuno berdasarkan pengetahuan medis modern dalam upaya untuk mendiagnosis secara retrospektif penyebab masalah Claudius. "Hal ini menunjukkan bahwa Claudius mungkin menderita sindrom Tourette," simpul peneliti dalam makalah yang terbit di Journal of the History of the Neurosciences tersebut.
Keluarga Claudius menganggap kondisi cacat itu sebagai tanda kelemahan dan sumber rasa malu publik yang besar. Ibunya sendiri konon memanggilnya “manusia yang mengerikan, yang dimulai dan tidak pernah diakhiri oleh alam.” Adapun saudara perempuannya konon berdoa agar Romawi tidak perlu menanggung dia menjadi kaisarnya.
Claudius kemudian juga menghadapi penghinaan terus-menerus di tangan keponakannya, Kaisar Romawi Caligula. Menurut sejarawan kuno Suetonius, Caligula senang mengejek pamannya karena kelemahannya, dan jika Claudius tertidur saat acara makan malam, para tamu didorong untuk melempari dia “dengan batu zaitun dan kurma”.
Meski memiliki tubuh yang cacat, Claudius memiliki ketertarikan pada sejarah. Dia menghasilkan banyak buku tentang sejarah Kartago, republik Romawi, dan banyak topik lainnya.
Claudius terkenal karena memperluas kekaisaran Romawi dan memperbaiki sistem peradilan Roma. Perbaikan tersebut termasuk mengeluarkan dekrit bahwa orang-orang yang sakit dan diperbudak yang ditinggalkan akan dibebaskan, bukannya diambil kembali menjadi budak jika mereka sembuh.
Source | : | History.com,The Conversation,Journal of the History of the Neurosciences |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR