Di pusat proses domestikasi di lakukan, varietas leluhur masih dominan. Akan tetapi, jika petani membawa hasil panen dan hewan ternaknya ke lingkungan baru, spesies-spesies ini akan mengalami tekanan seleksi.
Lingkungan yang berbeda dari tanah leluhur menyebabkan berbagai tanaman dan hewan yang dikendalikan leluhur manusia berubah. Perubahan ini berlangsung selama beberapa generasi yang membuat genetik dan fisiknya berbeda dari leluhurnya. Hal ini berlaku pada hewan peliharaan, hewan ternak, jagung, dan gandum.
Spesies yang didomestikasi pun semakin luas, terutama jika pergerakan bahan pangan atau hewan ternak tertentu terhambat dalam proses domestikasi. Spesies baru diperkenalkan kepada tempat peradaban manusia berada. Spesies-spesies tersebut harus beradaptasi dengan lingkungan fisik baru.
"Namun hal-hal tersebut juga akan disesuaikan agar selaras dengan kebiasaan budaya baru. Kami membayangkan adaptasi fisik dan budaya berperan dalam pematangan beberapa sifat domestikasi," urai Liu.
Pelajaran untuk Ketahanan Pangan Masa Depan
Penelusuran yang dilakukan Liu dan Jones dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences dengan tajuk makalah "Needs for a conceptual bridge between biological domestication and early food globalization.".
Menurut Liu, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam kebutuhan pangan hari ini, ketika manusia harus berhadapan dengan perubahan iklim. Saat ini, para ahli di seluruh dunia mengeksplorasi tanaman pangan yang dapat beradaptasi dan menjadi pengganti tanaman dasar pangan yang semakin sulit.
Ada beberapa jenis tanaman biji-bijian yang dapat dimanfaatkan dan berasal dari pelbagai benua. "Oleh karena itu, hal ini merupakan solusi ideal bagi masyarakat untuk meningkatkan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada biji-bijian impor," Liu menyarankan.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR