Nationalgeographic.co.id—Manusia modern saat ini telah terbiasa membersihkan gigi mereka menggunakan pasta gigi. Namun perkara kebersihan gigi sebenarnya bukan hanya milik manusia modern, melainkan sejak dahulu.
Upaya manusia dalam membersihkan gigi telah berkembang pesat selama beberapa ratus milenium terakhir. Meskipun sebagian besar dari kita sekarang secara otomatis menyikat gigi dua kali sehari, manusia zaman dahulu lebih sulit merawat gigi putih mutiara mereka.
Sayangnya bagi nenek moyang kita yang sudah lama bergigi, banyak praktik kedokteran gigi kuno mereka yang tampaknya tidak efektif, menyebabkan tingginya tingkat kerusakan gigi dan penyakit gusi di antara kerangka prasejarah mereka.
Meski demikan, bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka setidaknya berusaha mempertahankan gigi mereka dalam kondisi layak.
Indikasi paling awal untuk perawatan gigi dapat ditemukan pada satu set gigi geraham Neanderthal berusia 130.000 tahun dari gua Kroasia. Set gigi tersebut menunjukkan tanda-tanda telah berulang kali tergores oleh semacam tusuk gigi.
Sayangnya, tidak ada tusuk gigi yang ditemukan di samping sisa-sisa gigi prasejarah tersebut. Namun berdasarkan penandaan tersebut, para peneliti menduga bahwa Neanderthal mungkin menggunakan potongan tulang atau rumput kaku untuk mengeluarkan makanan dari sela-sela gigi mereka.
Maju cepat ke sekitar 14.000 tahun yang lalu dan Anda sampai pada pasien gigi paling awal yang diketahui. Ditemukan di tempat perlindungan batu di Italia, individu malang ini tampaknya menderita kerusakan gigi.
Komponen busuk pada setidaknya satu gigi pria tersebut tampak sengaja telah dikikis menggunakan semacam alat batu tajam. Kalau pernah ada iklan gosok gigi di zaman kuno, pria tua ini layak jadi pemerannya.
Segala sesuatunya mulai menjadi sedikit lebih canggih sekitar tahun 5000 SM ketika orang Mesir kuno mengembangkan pasta gigi paling awal di dunia. Lebih mirip bubuk gigi, campuran ini mengandung bahan-bahan seperti abu dari kuku sapi yang hangus, cangkang telur, mur, dan batu apung. Campuran itu mungkin lebih bersifat abrasif dibandingkan pembersih, tetapi setidaknya dapat menghilangkan kotoran di sekitar gigi.
Orang Persia kemudian menambahkan cangkang siput dan tiram yang dibakar ke dalam campuran, bersama dengan bumbu dan madu. Lalu orang Romawi menambahkan arang dan kulit pohon dengan tujuan mengurangi bau mulut.
Sikat gigi primitif paling awal juga ditemukan di makam Mesir kuno dan Babilonia, dan diperkirakan berasal dari sekitar 3500 SM.
Tidak seperti sikat modern, peralatan ini pada dasarnya hanyalah ranting yang telah dikunyah untuk membuat seratnya menjadi seperti bulu yang dapat digunakan untuk membersihkan gigi.
Walaupun kedengarannya sederhana, perlu dicatat bahwa sikat ini diambil dari pohon tertentu seperti mimba dan Salvadora persica dalam kasus siwak.
Keduanya memiliki sifat antimikroba dan telah terbukti memperlambat penyebaran bakteri tertentu yang terkait dengan penyakit kerusakan gigi dan penyakit gusi.
Faktanya, ranting dari kedua pohon ini terus digunakan sebagai salah satu bentuk perawatan mulut di banyak negara Asia dan Timur Tengah hingga saat ini.
Namun, bagi pecinta sikat gigi di luar sana, sikat konvensional paling awal yang diketahui mungkin ditemukan di Tiongkok. Sikat ini pada masa Dinasti Tang, antara abad ketujuh dan kesepuluh Masehi.
Dengan bulu babi dan gagang yang terbuat dari bambu atau tulang, sikat gigi kuno ini sepertinya tidak seefektif sikat gigi modern. Sikat gigi bulu babi ini mungkin belum digunakan secara luas dan hanya sedikit yang suka menyikat gigi dengan sikat ini.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR