Nationalgeographic.co.id—Sejak zaman dahulu, manusia telah terpesona oleh keindahan bintang jatuh yang melintasi langit malam.
Tak jarang, momen ini diiringi dengan tradisi berdoa atau mengucapkan harapan agar keinginan terkabul.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat bintang jatuh bercahaya dengan warna-warna yang memukau?
Sebelum Anda mengucapkan harapan saat melihat bintang jatuh, mari kita simak artikel ini untuk mempelajari sains di balik fenomena alam yang indah ini.
Artikel ini akan mengupas tuntas tentang apa yang membuat bintang jatuh bercahaya, mulai dari perjalanannya di atmosfer Bumi hingga pengaruh kecepatan dan ukurannya terhadap warna cahayanya.
Simak artikel ini hingga akhir untuk memahami sains di balik bintang jatuh dan tradisi berdoa yang saat terjadinya fenomena alam yang indah ini.
Sains di Balik Cahaya pada Bintang Jatuh
Bintang jatuh, yang secara ilmiah disebut meteoroid, bukanlah bintang sungguhan. Mereka adalah batuan kecil atau fragmen logam dari luar angkasa yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi.
Saat meteoroid memasuki atmosfer, seperti dilansir Geniobook, mereka mengalami gesekan dengan molekul udara. Gesekan ini menghasilkan panas yang luar biasa, menyebabkan meteoroid memanas dan terionisasi.
Proses ionisasi ini melepaskan elektron dari atom meteoroid, menghasilkan ion bermuatan tinggi. Ion-ion ini kemudian berinteraksi dengan molekul udara di sekitarnya, menghasilkan cahaya yang kita lihat sebagai bintang jatuh.
Warna cahaya bintang jatuh tergantung pada jenis ion dan energi yang dilepaskan. Berikut adalah beberapa warna umum dan apa yang mereka representasikan:
Baca Juga: Mitologi Yunani: Kisah-kisah di Balik Rasi Bintang Paling Populer
* Oranye-Kuning: Meteor kuning biasanya terbuat dari natrium. Meteor ini juga dikenal sebagai "bola api natrium."
* Kuning: Kehadiran besi memberi meteor cahaya kuning cerah.
* Hijau atau Teal: Meteor berwarna hijau atau dengan rona teal biasanya terbuat dari magnesium dan menandakan bahwa meteor tersebut berasal dari komet.
* Merah atau Oranye: Ketika jumlah nitrogen atau oksigen tinggi, menghasilkan meteor dengan warna ini.
* Ungu atau Violet: Ketika meteor memiliki kandungan kalsium yang tinggi, ia menghasilkan cahaya ungu atau violet.
Kecepatan dan ukuran meteor juga berperan dalam menentukan warnanya. Biasanya, kecepatan meteor berkisar antara 25.000 hingga 160.000 mph, tergantung pada ukurannya.
Meteor yang lebih cepat akan memanas dan mengionisasi lebih banyak molekul udara, menghasilkan cahaya yang lebih terang dan lebih berwarna. Demikian pula, meteor yang lebih besar akan menghasilkan lebih banyak ion dan karenanya cahaya yang lebih hidup.
Tradisi Berdoa saat Bintang Jatuh
Lalu, dari mana asal mula tradisi berdoa saat bintang jatuh? Dilansir dari situs Library of Congress, legenda bintang jatuh yang dapat mengabulkan permohonan diyakini berawal dari Yunani Kuno.
Seorang astronom bernama Ptolemy menuliskan teorinya tentang fenomena ini pada abad kedua.
Ptolemy berpendapat bahwa dewa-dewa di langit membuka portal antara langit dan bumi. Melalui portal ini, bintang-bintang di langit dapat menyelinap dan terlihat seperti bintang jatuh.
Baca Juga: Kisah Epik Perseus Mitologi Yunani dan Kehadirannya Saat Ini
Namun, teori Ptolemy tidak mendapat persetujuan banyak pihak. Hingga saat ini, sains dan ilmu pengetahuan lainnya belum mampu membuktikan kebenaran legenda bintang jatuh yang dapat mengabulkan permintaan.
Pada dasarnya, kepercayaan terhadap legenda ini tergantung pada individu dan budaya masyarakat di berbagai negara. Tidak ada penjelasan ilmiah yang dapat membuktikan kebenarannya.
Bintang jatuh mungkin tidak dapat secara ajaib mengabulkan permintaan, tetapi momen indah ini dapat menjadi inspirasi dan pengingat untuk terus mengejar mimpi dan mewujudkan harapan.
Pemahaman tentang sains di balik "apa yang membuat bintang jatuh bercahaya" dapat membantu kita untuk lebih menghargai keindahan fenomena alam ini dan semakin terpesona oleh keagungan alam semesta.
KOMENTAR