Porselen Qing menampilkan penguasaan teknis yang tinggi bahkan sampai hampir seluruh tanda tangan pembuat tembikar hilang. Di antara inovasi-inovasi pada periode tersebut adalah pengembangan glasir berwarna seperti merah tembaga, yang disebut “merah tiup” (jihong) oleh orang Cina dan “darah sapi” (sang-de-boeuf) oleh orang Perancis.
Sastra Dinasti Qing mirip dengan periode Dinasti Ming karena sebagian besar berfokus pada bentuk-bentuk klasik. Suku Manchu melakukan inkuisisi sastra pada abad ke-18 untuk membasmi tulisan-tulisan subversif. Banyak karya yang dicurigai dihancurkan dan penulisnya dipenjara, diasingkan, atau dibunuh. Novel dalam bahasa sehari-hari—kisah romansa dan petualangan—berkembang pesat.
Pelabuhan Tiongkok dibuka untuk perdagangan luar negeri pada pertengahan abad ke-19. Setelah itu, penerjemahan karya asing ke dalam bahasa Mandarin meningkat secara dramatis.
Dalam musik, perkembangan dinasti yang paling menonjol mungkin adalah perkembangan jingxi atau opera Peking. Gaya ini merupakan campuran dari beberapa tradisi teater musikal daerah yang menggunakan pengiring instrumental yang ditingkatkan secara signifikan. Mereka menambahkan seruling, kecapi yang dipetik, dan genta, beberapa drum, alat musik tiup buluh ganda, simbal, dan gong.
Kekuasaan suku Manchu pun harus berakhir dan disusul dengan berdirinya republik.
Source | : | Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR