Nationalgeographic.co.id—'Indië verloren, rampspoed geboren,' semboyan yang memiliki arti 'Hindia hilang, lahirlah bencana.' Semboyan yang populer di paruh pertama abad ke-20 ini terdengar suram, barangkali benar adanya.
Jika dicermati, dalam banyak litertur sejarah, hilangnya koloni besar akan menjadi pukulan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap 'negara induk' atau negara penjajah. Bisa jadi, hal ini diterima sebagai fakta yang sudah pasti.
Kita sebut Indonesia yang di era kolonial dikenal dengan Hindia, salah satu koloni Belanda terbesar. Sebuah negeri arsipelago dengan kekayaan alamnya, telah menjadi aset berharga bagi Belanda, sebagai negara induknya.
Pada tahun 16 Juli 1599, kapal Gelderland dan Zeeland, di bawah komando Wakil Laksamana Jacob van Heemskerk, mereka memulai perjalanan pulang dengan membawa pala dan bunga pala yang dibeli dari Pulau Banda di Hindia.
Betapa terkejutnya mereka. Ketika sampai di Amsterdam, "rempah-rempah tersebut dijual dengan harga 320 kali lipat dari harga pembeliannya di Pulau Banda!" tulis Ronald Frisart kepada Historiek.
Artikelnya yang berjudul Miljarden stroomden van Indië naar Nederland, diterbitkan pada 20 Februari 2024, menjelaskan bahwa Keuntungan besar ini tak pelak mendongkrak kekuatan finansial perusahaan dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
VOC menjadi salah satu perusahaan dagang terbesar sepanjang sejarah dunia dengan aset kekayaan luar biasa yang dimilikinya.
Setelah VOC runtuh pada tahun 1798, Hindia kemudian jatuh ke tangan negara. Awalnya dari Republik Bataaf dan kemudian, setelah pemerintahan sementara Inggris, dari Kerajaan Belanda.
Kemudian, cultuurstelsel diperkenalkan pada tahun 1830. Hampir seluruh Pulau Jawa menjadi onderneeming, sebuah perkebunan besar dimana para petani harus bekerja keras untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin untuk kas pemerintah.
Pabrik-pabrik raksasa dengan asap keganasannya telah membikin kaya dan makmur masyarakat kulit putih di Eropa sana. Dari Batavia, Semarang, Vorstenlanden, hingga Soerabaia terdapat perkebunan luas dengan pabrik-pabrik raksasa berdiri kokoh.
Baca Juga: Kenapa Dalam Sistem Penjajahannya Belanda Menerapkan Monopoli?
Source | : | Historiek |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR