6. Gen BDNF (kromosom 11): Berperan dalam fungsi otak dan plastisitas sinaptik, terkait dengan gangguan depresi mayor dan kecenderungan bunuh diri.
"Penelitian menunjukkan bahwa gen-gen ini memengaruhi risiko bunuh diri melalui regulasi neurotransmitter, hormon, dan respons stres. Identifikasi genetik dapat membantu mendeteksi risiko dan mengembangkan strategi pencegahan serta pengobatan yang lebih efektif," jelas Abdul.
Dia menambahkan, proses identifikasi genetik melibatkan pengumpulan DNA dari inti sel dan mitokondria. Pengumpulan sampel dapat dilakukan dari gigi, tulang, darah, saliva, cairan sperma, dan akar rambut.
“Penting untuk menghindari kontaminasi, melakukan labelling, dan penyimpanan sampel dengan benar. Metode ekstraksi DNA dapat menggunakan kit atau metode organik,” terangnya.
“Kuantifikasi DNA penting untuk memastikan kadar dan kemurnian DNA, sehingga amplifikasi PCR dapat dilakukan dengan hasil maksimal,” imbuhnya lagi.
Lebih lanjut Abdul juga menyampaikan ada beberapa hormon yang memengaruhi suasana hati, yaitu serotonin dan dopamin. Serotonin adalah senyawa kimia yang berfungsi sebagai neurotransmitter, yang disintesis berada di sistem saraf pusat, mengatur mood, rasa sakit, tidur, nafsu makan, dan beberapa fungsi kognitif termasuk memori.
Adapun dopamin adalah neurotransmitter yang diproduksi tubuh dan digunakan oleh sistem saraf, sering disebut sebagai pembawa pesan kimia yang mengubah asam amino tirosin menjadi hormon dopamin. Hormon berfungsi untuk meningkatkan suasana hati dan menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh.
“Kekurangan serotonin dapat menyebabkan stres dan depresi, sedangkan kekurangan dopamin dapat mengakibatkan insomnia, kecemasan, halusinasi, tidur yang kurang, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan delusi atau ketidakmampuan membedakan antara hal yang nyata dan tidak nyata,” tandas Abdul.
Source | : | Brin.go.id |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR