Pasukan Perang Diponegoro
Dalam Jurnal Falasifa Vol. 7 Nomor 1 Maret 2016, Rijal Mumazziq Z menerbitkan penelitiannya yang berjudul Melusuri Jejak Laskar Diponegoro di Pesantren. Rijal mengungkap bahwa saat Diponegoro memproklamirkan perlawanan terhadap Belanda, jejaring sosial yang telah ia bina sebelumnya menyuplai pasukan, logistik, hingga jaringan bawah tanah.
"Khusus para kiai, Diponegoro banyak didukung oleh para ulama yang berasal dari berbagai pesantren di wilayah Mataram," ungkapnya.
"Laskar santri ini banyak berada di bagian infantri. Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan infantri, kavaleri dan artileri di kedua belah pihak berlangsung dengan sengit."
Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya.
Jalur-jalur logistik dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang mesiu dibangun di hutan-hutan dan di dasar jurang.
Produksi mesiu dan peluru berlangsung terus sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi perang.
Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan; para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata" tak terkalahkan.
Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat.
Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh yang tak tampak", melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka.
Baca Juga: Selisik Sejarah Serangan Militer Kekaisaran Ottoman ke Eropa dan Mesir
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR