Perlombaan obor secara estafet juga ditemui di banyak tradisi budaya lainnya. Sir James Frazer menyebut bahwa suku Navajo di New Mexico, punya cerita tentang para hewan yang melakukan lomba obor estafet untuk membawa api kepada manusia.
"Pada mulanya hewan-hewan yang punya api, sementara manusia tidak, lalu seekor coyote mencurinya untuk manusia. Ia meraih bara yang menyala dan kabur tunggang langgang dikejar semua hewan lainnya."
"Ketika lelah, api itu lanjut dibawa terbang oleh kelelawar, lalu diestafetkan kepada tupai yang berhasil menyerahkannya ke suku Navajo." Pelaksanaan secara estafet ini memungkinkan mereka untuk menempuh jarak yang lebih jauh dan cepat daripada sendirian. Hal itu mencerminkan tujuan awal lomba obor untuk menyalakan kembali api yang padam atau kotor.
Politik Athena
Di Athena abad ke-5 SM, ritual perlombaan obor yang diatur oleh suku-suku dihubungkan dengan mekanisme pembentukan politik identitas. Komponen utama dari reformasi politik yang diberlakukan oleh Cleisthenes pada tahun 508 SM adalah keputusannya untuk menggantikan empat suku Ionia yang sebelumnya mendominasi kehidupan politik Athena dengan sepuluh suku baru yang dinamai sesuai pahlawan Athena asli.
Pembentukan suku-suku ini didasarkan pada geografi, warga negara dikelompokkan menjadi satu suku menurut lokasinya, dan suku-suku ini berfungsi sebagai sarana utama mengorganisir kehidupan politik – menjadi juri di peradilan, menduduki jabatan politik, dinas militer, dan lainnya.
Aristoteles menulis sejarah konstitusi Athena dan menyebut bahwa Archon Basileus, pengelola korban-korban ritual yang dipersembahkan untuk para dewa, yang mencetuskan perlombaan obor dengan segala aspek keagamaanya. Pada waktu itu, peserta lomba obor adalah anggota lembaga politik 'ephebeia,' sehingga kuat kaitannya antara perlombaan obor dan struktur politik masyarakat Athena.
Perlombaan obor antar suku ini sekaligus ajang unjuk identitas kelompok suku-suku di Athena sebagaimana digambarkan dalam mangkuk oleh pelukis Nikias, yang ditandatangani oleh tukang tembikar dengan nama ayah beserta klannya.
Gambar di mangkuk berupa dua pemuda peserta lomba obor dengan dewa Nike di tengah-tengahnya sebagai personifikasi kemenangan, mengenakan mahkota kepada pahlawan suku Antiochus, di samping altar yang di belakangnya berdiri seorang tua (mungkin Prometheus) bermahkota bunga.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa suku Antiochus, termasuk klan Nikias, berhasil memenangkan perlombaan obor di Prometheia, dan mangkuk ini dibuat untuk merayakannya. Perlombaan obor di Panathenaea dan Prometheia juga turut menghiasi motif mangkuk-mangkuk lainnya.
Perlombaan obor erat kaitannya dengan pemujaan Prometheus, Hephaestus, dan Athena. Setiap dewa dalam mitologi Yunani Kuno punya tempat suci di Akademi tempat lomba dimulai menuju Kerameikos ke dalam kota.
Perlombaan ini menunjukkan hubungan langsung antara Prometheus dengan tokoh-tokoh penting dalam kehidupan agama dan kota Athena, serta antara Akademi dengan situs penting lainnya dalam topografi Athena.
Sebagai puncak festival tahunan, lomba obor merayakan api dan perannya menyejahterakan dan membuat Athena beradab.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR