Dulu, pasir memang sering didatangkan dari pulau-pulau tetangga atau bahkan dari lokasi yang jauh di luar pantai. "Namun, belakangan ini, para ahli menyadari bahwa pasir itu sebenarnya 'tidak hilang, hanya berpindah tempat,'" papar Martin Kuebler di laman DW.
Pulau Sylt, misalnya, sudah puluhan tahun melakukan cara ini. Selama lebih dari 40 tahun, pulau ini telah mengambil pasir langsung dari dasar laut di sekitar pulau.
Kapal-kapal besar yang disebut kapal keruk menyedot campuran pasir dan air dari kedalaman sekitar 8 kilometer dari garis pantai. Campuran pasir dan air ini kemudian dialirkan ke pantai dan juga ke daerah terumbu karang di lepas pantai.
Dampak buruk dan mitigasinya
Mengambil pasir dari dasar laut untuk mengisi kembali pantai memang lebih baik daripada mengangkutnya dari jauh, namun cara ini ternyata juga membawa masalah.
Proses pengambilan pasir ini bisa merusak kehidupan bawah laut seperti ikan dan hewan-hewan kecil. Selain itu, tempat-tempat bersarang burung dan hewan lainnya di sekitar pantai juga bisa terganggu.
Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Mengambil pasir dari dasar laut juga bisa memperparah erosi pantai dan tanah longsor, terutama di saat perubahan iklim membuat kondisi pantai semakin rapuh.
"Ketika pasir di dasar laut diambil, pasir di pantai justru akan terbawa arus laut untuk mengisi tempat yang kosong. Akibatnya, garis pantai akan semakin mundur," ungkap Kuebler.
Satu hal lagi, yang bahkan lebih mengkhawatirkan, pengisian pasir ini sifatnya sementara. Tidak lama kemudian, pasir yang baru ditambahkan akan hilang lagi terbawa arus, sehingga kita harus terus-menerus melakukan pengisian ulang.
Lalu, bagaimana solusinya? Pasir pengganti bisa diambil dari daratan, misalnya dari sungai, danau, atau tambang pasir. Kota-kota seperti Manila dan Miami sudah melakukan cara ini.
Namun, kita harus sangat berhati-hati dalam memilih sumber pasir. Pasir yang digunakan harus memiliki sifat yang sama dengan pasir asli di pantai agar tidak merusak ekosistem laut. "Jika tidak, hewan-hewan laut yang sudah terbiasa hidup di pasir tertentu bisa terancam punah," Kuebler memberi peringatan.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Batu Plastik Teridentifikasi di Pantai Indonesia
KOMENTAR