Ada beberapa teknik cetak karya foto yang dipamerkan dalam pameran ini. Salah satunya adalah teknik cetak foto lentikular yang menghasilkan ilusi sedikit hologram.
Dalam pameran ini, Indra tidak sendirian. Seorang seniman asal Bandung, Eldwin Pradipta, turut berpartisipasi melalui karya digitalnya.
Eldwin menggunakan sebuah kamera kecil (seperti webcam) yang merekam pengunjung dengan teknik kecepatan rendah, sehingga pergerakan pengunjung terlihat blur di layar proyektor. Eldwin menuturkan bahwa Indra cukup memberi inspirasi dalam hidup berkeseniannya, sehingga karyan Eldwin cukup senada dengan karya-karya foto Indra dalam pameran bertajuk "365" ini.
Pameran "365" adalah proyek 1 tahun yang dibuat Indra Leonardi dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-60. Menggunakan teknik tradisional dan lensa dari kamera Sony, Leonardi sengaja menciptakan gambar buram yang abstrak, unutk mencerminkan kehidupan dan perjalanannya sehari-hari.
Pameran di Spac8 ini menyoroti keindahan ketidaksempurnaan dan keaslian artistik dengan pemahaman lintas budaya. Dalam seri foto ini Indra justru merangkul kekaburan sebagai metafora untuk memori dan refleksi, beralih dari ketajaman kejelasan dan kualitas gambar yang sering diasosiasikan dengan kemampuan fotografer profesional.
Enin Supriyanto, seorang kurator seni, mengapresiasi pameran ini. Dia juga mengatakan bahwa ini adalah karya-karya yang tampaknya merefleksikan pengalaman dan perjalanan hidup Indra.
“Saya menduga bahwa seri foto ini justru dibuat dengan keindahan untuk melakukan refleksi atas pengalaman dan perjalanan hidup, baik sebagai pribadi maupun sebagai seorang fotografer profesional. Ia ingin merayakan hubungan dirinya dengan kamera dan fotografi secara keseluruhan dengan cara membebaskan diri sekaligus membebaskan kamera dari tuntutan ketajaman dan kejelasan gambar," ujar Enin.
Enin juga mengatakan bahwa Indra tampaknya ingin menghidupkan kembali watak intuitif dan spontan, dengan menjadikan lensa kameranya sebagai penangkap rutinitas kegiatannya sehari-hari, "tetapi hanya sebagai tanda-tanda yang samar, sebagai kelebat ingatan."
"Semua ini adalah jeda dari kebiasaan atau habitus yang selama ini melingkupi praktik Indra Leonardi sebagai fotografer profesional," ujar Enin. "Seperti dalam puisi, jeda, atau caesura, adalah batas yang mengapung samar, blur sejenak menjadi ruang refleksi, penentu makna atau tanda bagi alur kisah yang baru."
Penulis | : | Donny Fernando |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR