Nationalgeographic.grid.id—Warisan budaya merupakan harta tak ternilai dan menjadi identitas setiap bangsa. Meliputi tradisi, praktik, nilai-nilai, dan ekspresi kreatif, semua ini menjadi warisan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Hal ini disampaikan Joella van Donkersgoed, peneliti dari Universitas Luxemburg, pada webinar yang digelar oleh Pusat Riset Arkeologi, Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada pertengahan Oktober 2024. Webinar ini membahas pengelolaan warisan budaya berbasis komunitas di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku.
Joella adalah peneliti sejarah dan warisan budaya yang telah memiliki pengalaman dalam meneliti warisan budaya dan masyarakat Kepulauan Banda. Ia berbagi pengalamannya dan mengatakan, “Warisan budaya mencerminkan identitas suatu bangsa dan merupakan bagian integral dari keberagaman manusia.”
Ia juga menuturkan sejarah keberadaan Benteng Nassau yang terletak di Banda. Mulai dari penggunaan awal oleh masyarakat setempat hingga saat dikuasai oleh Belanda.
“Benteng Nassau pernah hancur terkena bom oleh Inggris abad 19, saat penjajahan oleh Jepang pada masa perang dunia ke II, hingga akibat gempa bumi. Sejak 2014, pemerintah Indonesia melakukan rekonstruksi tembok utara yang hancur dengan melibatkan para pakar arkeologi dan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Berdasarkan pengalaman penelitiannya, Joella memandang peran komunitas masyarakat sangatlah penting untuk menjadi barisan terdepan dalam menjaga warisan budaya. “Jika hanya mengandalkan pemerintah tanpa melibatkan komunitas setempat, maka keberadaan sebuah warisan budaya itu akan sia-sia. Warisan budaya kurang terurus, terlebih dalam mengandalkan anggaran pemeliharaan dari pemerintah,” tegasnya.
Di sinilah, ia menegaskan, pentingnya manajemen dalam pengelolaan sebuah cagar budaya. Cagar budaya yang dimaksud hal ini adalah Benteng Nassau yang ada di Kepulauan Banda.
Dengan menempatkan diri sebagai fasilitator, Joella mencoba lebih banyak mendengarkan komunitas masyarakat. Caranya, memelihara dan melestarikan warisan budaya mereka.
Menurut Joella lagi, Benteng Nassau merupakan sebuah situs warisan budaya yang menjadi bagian dari lanskap budaya yang lebih besar.
“Dengan melihat Kepulauan Banda sebagai lanskap budaya, maka skema pengelolaan dapat dibuat dengan melampaui dikotomi alam dan budaya, sebagai warisan benda dan tak benda. Pada akhirnya dapat memberdayakan masyarakat setempat, untuk mengelola warisan budaya mereka dengan cara mereka sendiri,” sarannya.
Baca Juga: Peran Perempuan Kepulauan Banda dalam Menjaga Ekologi Pesisir
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR