Nationalgeographic.co.id—Dalam Odyssey karya Homer, kisah tentang penyihir Circe menjadi salah satu bagian yang paling menarik. Ia sering disebut sebagai penyihir pertama dalam mitologi Yunani.
Circe dikenal karena "hukuman" yang ia berikan kepada para pelaut yang tersesat ke pulaunya dengan mengubah mereka menjadi babi.
Karakter Circe memiliki pengaruh besar pada seni sepanjang masa, karena ia dianggap sebagai wanita paling dinamis dan kuat dalam Odyssey. Walaupun akhirnya ia tunduk pada Odysseus.
Pada tahun 2018, Circe menjadi subjek dalam novel karya Madeline Miller berjudul Circe, sebuah kisah ulang Odyssey dari perspektif feminis yang sepenuhnya berfokus pada sejarah Circe yang memikat dan perjuangannya.
Selain dalam sastra, Circe juga banyak digambarkan dalam seni. Sepanjang waktu, para seniman berusaha menangkap pesonanya yang eksotis, sifatnya yang kejam, dan aura penyihir dalam lukisan.
Menariknya, setiap seniman memiliki cara berbeda dalam menggambarkan Circe di kanvas, namun sifatnya tetap sama di semua penggambaran tersebut.
Di bawah ini adalah beberapa lukisan paling terkenal yang menggambarkan sosok Circe, penyihir pertama dalam mitologi Yunani.
4 lukisan paling memikat yang menggambarkan Circe, sang Penyihir dari mitologi Yunani kuno
Lukisan karya John William Waterhouse: Circe Offering the Cup to Ulysses, Circe Invidiosa, The Sorceress
Waterhouse, seorang pelukis dari aliran pra-Raphaelite, sangat gemar melukis Circe, hingga ia menciptakan tiga lukisan tentang dirinya. Semua lukisan itu memiliki tema umum: Circe sebagai sosok femme fatale.
Baca Juga: Singkap Legenda Penyihir-Penyihir nan Menakutkan dalam Berbagai Budaya
Dalam Circe Offering the Cup to Ulysses, Circe digambarkan sebagai wanita cantik, namun dengan keindahan yang penuh bahaya.
Pemirsa sebaiknya tidak tertipu oleh tampilan tenangnya atau sikap ramahnya saat menyuguhkan cawan anggur kepada Odysseus.
Babi di kakinya menyingkap sisi jahat dari sifatnya, dan postur penuh percaya dirinya menunjukkan seorang wanita yang kuat dan mandiri: seorang penyihir.
Circe Invidiosa, yang berarti "Circe Cemburu," menunjukkan sisi ini dengan lebih jelas.
Di sini, Waterhouse tidak terinspirasi dari Odyssey karya Homer, melainkan dari Metamorphoses karya Ovid.
Lukisan ini menggambarkan adegan di mana Circe, cemburu karena Glaucus memilih nimfa Scylla daripada dirinya, menuangkan ramuan ajaib ke air tempat Scylla mandi, mengubahnya menjadi monster berkepala enam. Tatapan Circe di sini tajam dan keras, dan ia tampak tak gentar.
Dalam lukisan ketiga karya Waterhouse, The Sorceress, Circe ditampilkan dalam momen yang lebih sederhana dan domestik.
Ia duduk di rumahnya di Aeaea, mungkin di meja tempat ia meracik ramuan, sambil merenung. Apa yang dipikirkannya tidak jelas bagi pemirsa, namun ia tampak tenggelam dalam pikirannya.
Sehingga ia tidak menyadari cawan yang jatuh dan anggur yang tumpah di depannya. Waterhouse dalam lukisan ini menggambarkan sisi manusiawi, fana dari Circe.
Ulysses and Circe karya Angelica Kauffmann
Lukisan Kauffmann, seperti yang rekomendasikan oleh penulis Madeline Miller, menunjukkan Circe sebagai seorang “penasihat.”
Di sini, ia digambarkan dalam gaya yang sedikit menggoda, seolah-olah memberi nasihat kepada Odysseus tentang langkah yang harus diambil.
Dan memang, Circe adalah bantuan yang sangat penting baginya, lebih dari karakter lain yang ia temui—selain memberi tahu Odysseus untuk pergi ke Dunia Bawah demi mendapatkan nasihat dari nabi Tiresias.
Ia juga menasihatinya tentang cara berlayar melewati monster Scylla dan Charybdis dengan aman.
Dalam lukisan ini, Circe digambarkan sebagai penasihat dan mungkin sebagai separuh kekasih, separuh teman, tetapi tetap menunjukkan identitasnya sebagai penyihir, yang terlihat dari tongkat sihir yang masih ia pegang di tangan kirinya.
Circe karya Wright Barker
Dalam lukisan ini, Barker menggambarkan Circe sebagai sosok yang mengesankan dan megah, benar-benar memancarkan aura dewi yang luar biasa.
Ia tampak sebagai tuan rumah, menyambut para penonton (apakah kita di posisi para pelaut?) ke rumahnya, berdiri dengan latar belakang hewan liar yang tampak jinak di hadapannya.
Namun, Barker juga memberikan sentuhan seorang seniman padanya, terlihat dari kecapi di tangan kirinya.
Meskipun tetap mempertahankan elemen Yunani kuno dalam pakaian Circe dan arsitekturnya, lukisan ini terasa lebih eksotis dan bergaya oriental.
Circe Pouring Poison into a Vase and Awaiting the Arrival of Ulysses karya Edward Burne-Jones
Dalam lukisan Burne-Jones, keindahan dan kekejaman Circe berpadu dengan cara yang aneh.
Circe ditampilkan di depan meja yang disiapkan untuk jamuan bagi Odysseus dan rekan-rekannya. Sedangkan Circe sendirian, dan ia tidak menunjukkan sikap sebagai tuan rumah yang ramah.
Sebaliknya, ia tampak membungkuk, hampir seperti seorang penyihir tua, meskipun berparas cantik di atas vas berhias, dengan satu tangan terulur menuangkan sesuatu ke dalamnya, yang dari judul lukisan kita ketahui sebagai racun.
Di sini, bunga matahari yang membingkai Circe serta laut di latar belakang sedikit melembutkan gambarnya, tetapi ancaman dari Circe terutama terpancar dari hewan-hewan liar di kakinya dan ekspresi intens di wajahnya.
Satu hal yang pasti: dalam mitologi, Circe adalah sosok perempuan yang kompleks, dan para seniman telah berhasil menghidupkan semua “sisi” dirinya dengan sangat baik.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR